Minggu, 28 Oktober 2007

Malu

Malu sekali diri ini setelah membaca novel Laskar Pelangi, karya Andrea Hirata. Begitu menyentuh, begitu menginspirasi, begitu dahsyat, baru hari kemarin saya selesaikan buku tersebut. Sungguh terhanyut membaca buku yang menginspirasi ini. Hanya saja tidak merasa beruntung karena baru hari ini membaca buku tersebut, padahal sudah sejak 2 tahun lalu buku tersebut berserakan di toko-toko buku. Dikaryanya saya banyak di buat malu. Malu karena dengan keadaan nyaman seperti ini saja, masih berani mengatakan malas, malu kepada begitu kerasnya apa yang diusahakan oleh segerombolan orang kampung Belitong untuk menggapai cita-cita walau tanpa harap. Mereka bilang “Di Sekolah ini, kita tidak mendahului nasib kita”. Intinya berusahalah, karena kita tidak tahu nasib kita ke depan. Dan banyak lagi cerita dan hikmah yang dihamburkan di buku ini. Luar biasa ceritanya ini tidak terlepas dari Andrea yang mengolah kata-kata, lihatlah contoh rangkaian kata karyanya ini : Dan ternyata jika hati kita tulus berada di dekat orang berilmu, kita akan disinari pancaran pencerahan, karena seperti halnya kebodohan, kepintaran pun sesungguhnya demikian menjalar. Orang cerdas memahami konsekuensi setiap jawaban dan menemukan bahwa di balik sebuah jawaban tersembunyi beberapa pertanyaan baru. Pertanyaan baru tersebut memiliki pasangan sejumlah jawaban yang kembali akan membawa pertanyaan baru dalam deretan eksponensial. Sehingga mereka yang benar-benar cerdas kebanyakan rendah hati, sebab mereka gamang pada akibat dari sebuah jawaban. Konsekuensi-konsekuensi itu mereka temui dalam jalur-jalur seperti labirin, jalur yang jauh menjalar-jalar, jalur yang tak dikenal di lokus-lokus antah berantah, tiada berujung. Banyak metafor metafor ia keluarkan di bukunya. Ah Indahnya. Saya begitu jadi bersemangat ingin menulis seperti halnya Andrea. Makasih Andrea, Anda telah membangkitkan rasa melankolis, rasa positif dan optimis dalam diri ini.

Selasa, 09 Oktober 2007

Berbisnis

Benar juga apa yang dikatakan orang pintar, bahwa kecenderungan orang akan berkumpul bersama jika memiliki kesamaan, apakah kesamaan fisik, kesamaan latar belakang, kesamaan hobi, kesamaan kerjaan, kesamaan pendidikan dan banyak lagi. Nah, hal itulah mungkin yang menjadi latar belakang saya berkumpul kembali dengan teman-teman lama ketika kuliah, karena kesamaan latar belakang pendidikan, kesamaan tukang ngumpul, kesamaan tukang saling cela, kesamaan tukang maen dan banyak lagi kesamaan lainnya. Kumpul dalam rangka buka bersama memang merupakan suatu ritual yang kami lakukan di setiap tahunnya, selain di hari biasa memang susah bertemu karena kesibukan masing-masing juga bulan puasa biasanya dijadikan ajang yang tepat makan bersama. Kumpul-kumpul tersebut di isi dengan mengenang masa lalu serta membahas sedikit mengenai progress teman-teman lainnya. Dari beberapa teman yang hadir ternyata sudah ada beberapa yang jadi manager, kemudian ada yang menduduki jabatan penting, bahkan sudah ada yang menjadi General Manager. Hebat padahal baru beberapa tahun saja kelar kuliahnya. Well, memang menarik sekali pertemuan tersebut. Namun yang lebih menarik adalah semua orang teman saya yang notabene semuanya kerja kantoran mulai tertarik ke bisnis. Wah ternyata teman-teman sudah mulai gak betah sebagai kuli di perusahaan, padahal baru beberapa tahun saja kerja. Saya sendiri memang sudah menjalankan bisnis dari semenjak kuliah, dan sampai sekarang masih berjalan, alhamdulillah sudah mulai berkembang. Sehingga teman lainnya ada yang menanyakan tentang perkembangan bisnis tersebut dan tertarik mendengarkan. Sementara saya, sekarang sih masih kerja dulu sambil mengotrol terus bisnis yang sedang di jalankan. Maklum belum masih berani, namun jika memang sudah kuat mudah2an sih akan fokus di bisnis. Yang pasti, dengan bisnis kita dapat menghasilkan, tanpa kita perlu terlibat. Tertarik kah Anda?