Rabu, 21 Mei 2008

Keras

Sebegitu keraskah hati ini? Ketika memarkirkan keluar dari salah satu kantor, seorang tukang becak dengan sigap membantu menolong kendaraan yang ditumpangi ini untuk keluar dari sebuah kantor, dan hati saya bilang, ah dia hanya ingin membantu, sehingga ibaan ibuku yang duduk dipinggirku untuk memberikan uang barang seribuan untuk tukang itupun aku tidak hiraukan. Sudah keraskah hati ini.. Sehari berikutnya ketika di lampu merah ada topeng monyet yang bermain-main menontonkan kehebatan gerak liuk tubuhnya dan meminta barang recehan kepadaku, tak aku hiraukan pula, lagi teriakan ibu dan istriku membahana, janganlah kau berlaku lampah seperti itu, lihatlah pamanmu ujar ibuku, walaupun lagi berkendara motor, ia pasti menyempatkan diri memberikan selebaran ribuannya, pamanmu bilang, demi keselamatan, demi kelancaran rizki…. Sudah keraskah hati ini… Mengapa peminta selau aku kesali, mengapa yang membutuhkan selalu aku benci.. Jika kau ingin keran rizkimu mengalir, maka buat aliran rizki yang telah didapat olehmu kepada yang hak, agar keran rizkimu bertambah besar, ujar teman bijaksanaku.. Sudah keraskah hati ini