Selasa, 30 Desember 2008

Ulang Alam

Sebenarnya manusia ngikut apa yang telah alam (Bumi) tandakan. Alam ini ternyata berulang setiap telah berusia 12 bulan. Entah siapa sebenarnya yang awalnya tahu alam ini berulang kembali setelah 12 bulan. Yang pasti, karena manusia adalah pengamat segala sesuatu, sehingga dengan mengetahui tanda-tanda dari alam ini, mereka menemukan bahwa alam akan berulang setelah 12 bulan. Dan karena alam berulang setelah 12 bulan, maka manusia pun akhirnya ikut atas ketentuan alam itu, mereka menyatakan bahwa perulangan akan terjadi setelah 12 bulan yang disebut tahun. Alasan penyebutan menjadi tahun sederhana saja, supaya lebih pendek mengatakan tahun dibanding 12 bulan, mungkin. Banyak versi mengenai penetapan ulang tahun alam ini, tapi intinya walaupun penetapannya beda, secara umum menggunakan 12 bulan perulangan. Untuk saat ini, ketetapan yang paling banyak diikuti oleh manusia di bumi adalah yang menggunakan ketetapan bulan (Hijriah) dan matahari (Masehi). Alam berulang tahun, maka manusia ikut pula ingin seperti alam, berulang tahun. Jika manusia berulang tahun, maka dirayakan dan direnungi hanya oleh manusia bersangkutan. Namun jika alam berulang tahun, maka semua manusia merayakan serta merenunginya. Setiap perulangan yang terjadi adalah patokan. Patokan yang dijadikan acuan penilaian kinerja hidup kita selama setahun ke belakang, dan patokan yang dijadikan acuan apa yang akan kita lakukan untuk setahun ke depan. Perusahaan menentukan target setiap tahun, organisasi menentukan target setiap tahun, pemerintah menentukan target setiap tahun, institusi pendidikan menentukan target setiap tahun, apapun, sekarang ternyata sesuatu dibuat untuk mengejar target. Lembaga nirlaba pun memiliki target walau parameternya bukan laba. Kita pun tentu harus memiliki target. Tujuannya adalah agar tetap dapat selaras dengan alam ini, sehingga tidak tertinggal dengan alam yang mulai tidak ramah ini. Dan jika ditanya seberapa besar target yang harus di capai? Ah mudah saja, ikut saja resep dari kanjeng Nabi, ‘Beruntunglah bagi seseorang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan esok lebih baik dari hari ini.’ Intinya, kita harus terus memperbaiki diri… Di tahun ini, ternyata perulangan hampir bersamaan waktunya baik ketetapan bulan dan maupun matahari, 1430 Hijriah, 2009 Masehi. Selamat menetapkan patokan baru.

Senin, 01 Desember 2008

Yang Menyelamatkan Hidup

Beberapa waktu lalu, saya iseng membuka Youtube untuk melihat tayangan Kick Andy ketika membahas mengenai novel Laskar Pelangi. Tujuan melihat tayangan ini hanya ingin menyimak kembali bagaimana cerita mengenai isi novel tersebut secara langsung dari pengarangnya. Secara keseluruhan tayangan ini begitu menyentuh hati serta memberikan sarat makna. Dan ternyata memang terbukti sekarang, sejak tayangan tersebut, novel tersebut langsung melejit dan sepertinya akan menjadi sejarah baik untuk sekarang maupun masa yang akan datang. Secara keseluruhan dari awal sampai akhir tayangan, saya melihat secara seksama seluruh acara yang ditayangkan, dan ternyata terselip sesuatu yang lain yang memiliki makna besar bagi saya selain mengenai novel Laskar Pelangi itu sendiri, yaitu komentar dari bintang tamu di acara tersebut, Gede Prama. Kira-kira di tengah acara, Gede Prama memberikan komentar mengenai fenomena novel ini dari kacamata lain, yakni tentang menulis. Gede Prama mengatakan bahwa ia pernah menemukan suatu tulisan yang bermakna ketika masih muda, dan tulisan tersebut ia ungkapkan di acara tersebut. Ia berkata bahwa yang menyelamatkan hidup bukan pendidikan, melainkan keterampilan. Dan ia memiliki keinginan dan harapan yang kuat untuk mengasah terus keterampilan yang ia senangi untuk dikembangkan, yaitu menulis, maka ia terus mengasah diri dalam hal menulis, dan setelah ratusan kali tulisannya ditolak, akhirnya dimuat di beberapa majalah dan koran, dan saat ini, kita ketahui tulisannya tersebar di mana-mana mulai dari majalah, koran, buku, jurnal dan sebagainya. Hal inilah yang ia percayai bahwa keterampilan menyelamatkan hidupnya sampai sekarang. Benar juga apa yang dikatakan oleh Gede Prama, bahwa keterampilan merupakan ‘penyelamat’ dalam hidup ini, dalam artian bahwa pendidikan bukan tidak penting, melainkan pendidikan adalah penunjang untuk menghasilkan keterampilan. Tengok saja di mana-mana dalam hidup ini yang dibutuhkan adalah keterampilan, misal keterampilan mengajar, keterampilan negosiasiasi , keterampilan dalam membuat laporan, keterampilan berolahraga, keterampilan berkomunikasi, keterampilan computer, bahkan strategi pun termasuk ke dalam keterampilan. Di dunia kerja pun demikian, jika kita memiliki keterampilan yang tidak dimiliki oleh orang lain, maka kita menjadi pekerja penting di lingkungan kantor atau tempat kerja kita berada. Pekerja berprestasi biasanya memiliki keterampilan lebih diantara rekan-rekannya, sehingga ia akan menjadi bintang di tempat kerja. Nah, bagaimana caranya agar kita memiliki keterampilan yang mumpuni, jawabannya cukup sederhana, bahwa keterampilan tersebut harus diasah terus menerus tanpa henti dan dilakukan secara konsisten, penuh determinasi, tentunya dengan keyakinan, terus belajar dari kesalahan serta ditunjang dengan ilmu.

Rabu, 26 November 2008

Manfaat

Saat ini sudah tidak aneh lagi, jika akan melangsungkan pernikahan atau khitanan maka undangan akan disebar terlebih dahulu, baik itu ke sanak saudara, ke tetangga maupun ke rekan-rekan yang dikenalnya. Bentuk undangan yang diberikan bermacam-macam, mulai dari yang termurah sampai dengan yang termahal, tengok saja, dengan bentuk undangan yang dikirimkan, ada yang bentuknya besar, kecil, unik, menarik, ekslusif dan macam-macam. Dari bentuk undangan yang dikirimkan, kita dapat mengetahui status orang yang mengirimkan undangan tersebut, jikalau undangan bentukya ekslusif, maka dapat dikatakan ia orang punya uang lebih untuk membuat undangan, dalam artian ia berharta. Undangan dalam bentuk cetakan saat ini telah menjadi suatu keharusan ketika akan melangsungkan acara pernikahan. Apalah kata orang nanti, jika undangan hanya diucapkan saja. Oke lah, untuk keluarga masih berlaku undangan dengan ucapan, namun untuk rekan kerja, rekan bisnis, penggede alias pejabat dan lainnya undangan tentu harus dalam bentuk cetak. Sekarang memang sudah ngetren di perkotaan undangan menggunakan media elektronik, semisal e-mail, facebook, buat sendiri web pernikahan dan sebagainya, tapi tetap saja dasar polanya dari desain yang akan dicetak. Nah, sebenarnya apakah tidak mubazir cetakan yang telah dibuat serta telah di desain dengan bagus nantinya akan dibuang begitu saja..Terlebih jika bentuk undangannya begitu ekslusif, paling ‘pool’ juga dijadikan sebagai bahan referensi untuk membuat undangan, setelah itu ke keranjang sampah juga akhirnya. Bukan berarti mengurangi rasa hormat kepada siapapun yang telah membuat udangan dengan bentuk cetakan yang menarik, namun alangkah baiknya undangan cetakan itu dipikirkan juga berguna setelahnya.Yang menarik, beberapa waktu yang lalu, di kampung halaman, saya kembali menemukan undangan yang begitu sederhana, yaitu berbentuk kipas dari bambu, dan undangannya hanya copy-an sederhana di tempelkan di kipas tersebut. Melihat bentuknya membuat saya tersenyum, kok ada undangan bentuknya seperti ini, namun setelah dipikirkan lagi, ternyata undangan ini luar biasa. Udangan ini memiliki manfaat setelahnya. Teringat setahun lalu sebelumnya saya juga melihat undangan dalam bentuk korek api

Kamis, 30 Oktober 2008

3000

Di tempat kedatangan, seperti di bandara, stasiun kereta, stasiun bis, terminal angkot, setelah melakukan perjalanan pastilah ada yang menyambut kita ketika sampai di tempat tersebut. Jikalah kita datang dari jauh, tentulah saudara dekat akan menyambut dengan cara menjemput, misal ketika datang dari luar negeri, datang dari kota yang jauh di luar pulau atau lainnya. Namun jika kita simak lagi, banyak sekali penjemput-penjemput lainnya yang ingin sekali mengantarkan kita ke tempat tujuan, misal, di Bandara, banyak sekali ‘penjemput’ yang siap menyambut kita, tengok saja ada supir taksi, supir mobil omprengan dan lainnya. Di stasiun kereta api pun demikian, banyak taksi maupun ojek siap ‘menjemput’ kita. Kemudian di stasiun bis, ada taksi, angkot, becak, bemo, ojek dan lainnya juga siap ‘menjemput’ kita. Dan tentunya penjemput yang disebutkan belakangan rela mengantarkan kemanapun tempat yang dituju asal kita dapat membayar mereka dengan harga yang pantas. Saya sendiri karena keluarga masih di kampung halaman, hampir tiap minggu menggunakan kereta api menuju Cirebon, kemudian dari stasiun tersebut, perjalanan akan diteruskan sampai ke kampung. Dengan menggunakan kereta api setiap minggu pastilah di stasiun akan bertemu para ‘penjemput’ yang dengan sungguh-sungguh mengantarkan saya dari stasiun ke tempat yang ingin dituju. Ketika keluar dari stasiun kereta api, biasanya di mulut jalan keluar telah berjejal ‘penjemput’ yang begitu antusias meminta agar mereka dijadikan penjemput oleh kita, mulai supir taksi, tukang ojek, tukang becak sampai dengan sopir mobil omprengan, saking antusiasnya, seringkali terjadi ‘kemacetan’ manusia di tempat keluar tersebut. Kebetulan hari itu saya akan dijemput (arti sesungguhnya), karena waktu kedatangan larut malam kemudian kendaraan ke kampung halaman akan sulit didapat di malam hari. Di lorong tersebut, saya beberapa kali menolak ‘penjemput’ yang menawarkan kendaraannya, beberapa tukang becak menawarkan jasanya dengan sungguh sungguh bahkan dengan nada memaksa. Setelah beberapa belas meter berjalan keluar, ada seorang tukang becak yang terus menerus mengikuti dan menawarkan jasanya. Usianya kira-kita udah 60 tahunan, hal ini terlihat dari raut wajah serta badannya yang kelihatan sudah tidak muda lagi, dan banyak kerutan di sana sini. Saya tetap terus menolak jasanya dan dikatakan saya akan dijemput, namun ia bertahan dan terus berjalan mengikuti langkah saya, sampai ia keluarkan kata “Gak apa-apalah mas tiga ribu aja, saya anterin,” ujarnya membujuk, namun tetap saya berjalan hingga akhirnya ia pun pergi. Setelah berjalan berpuluh langkah ke depan, saya berhenti memikirkan hal yang baru saja diucapkan pak tua tadi, dan langsung berpaling, ingin rasanya memberikan sejumlah uang yang pak tua tadi sebutkan, bukan maksud sombong dan merasa banyak uang, namun hanya ingin membantu, sepertinya ia benar-benar kesulitan, sampai rela dibayar 3000 ke mana pun arah yang mau di tuju, namun niat itu tidak kesampaian karena ia telah menghilang kembali mencari jemputan lain dalam keramaian stasiun. Dipikirkan lebih mendalam, betapa hidup ini begitu berarti, karena di luar banyak sekali sesuatu yang benar-benar membuat kita berpikir bahwa kita memiliki banyak hal yang telah diberikan oleh-Nya. Ternyata, di tempat manapun, terdapat banyak pelajaran yang berharga bagi hidup ini.

Kamis, 16 Oktober 2008

Merasakan

Di pagi yang sejuk setelah semalam turun hujan, telah sepakat dengan dengan istri, pagi itu si kecil rambutnya akan digunduli, sudah satu tahun setelah ekahan belum satu kali pun rambutnya di pangkas habis, alasannya sederhana, agar tumbuh rambut yang lebih bagus. Ketika tukang cukur yang kebetulan masih tetangga didatangkan, semuanya tampak biasa saja, tak ada hal yang membuat si kecil takut. Namun, ketika pisau cukur otomatis menyapu rambutnya, tangisnya meledak sejadi-jadinya, jadilah suasana berubah tak menentu, ia menangis terus ketika sedang digunting rambutnya, menangis sekencang-kencangnya, sampai keringatnya bercucuran. Seguk tangisnya bersama dengan diangkatnya kepala berulang kali menandakan ia merasa tersiksa. Di tengah tangisnya, muncul tangisan baru, sepupunya yang berusia 4 tahun ikut pula menangis, ia berkata kepada ibunya, kakak istriku, “Kasian dede, jangan diterusin menggunting rambutnya,” ujarnya iba. Sekecil itu sudah merasakan kesedihan saudaranya, menjadikan kita yang telah dewasa tersenyum melihat keponakanku menangis karena alasan tersebut. Namun setelah dipikirkan lebih dalam ternyata itu sebenarnya salah satu fitrah manusia, yaitu merasakan penderitaan sesamanya. Dan ternyata, tidak ada batasan usia bagi manusia tentang fitrah saling merasakan penderitaan ini. Dalam kehidupan sehari-hari, ketika kita melihat sesuatu bencana atau kesedihan yang menimpa manusia, fitrahnya, kita merasakan bagaimana penderitaan mereka ketika tertimpa musibah, dan tentunya jika benar-benar meresapi lagi maknanya, maka kita tidak hanya merasakan saja, melainkan juga melakukan tindakan untuk membantu membebaskan penderitaan mereka yang tertimpa musibah. Sikap peka terhadap penderitaan orang lain inilah yang sulit dipelihara oleh manusia, kadang saya pun demikian, benar-benar tidak sadar atau mungkin tidak peduli dengan keadaan sesama. Hal ini terjadi mungkin disebabkan karena mulai terbelenggu oleh dunia, sehingga ego mementingkan diri sendiri serta sifat negatif muncul begitu kuat dibandingkan ego fitrah yang kita miliki. Sebenarnya agama telah banyak memberikan solusi mengenai hal ini, mulai dari memberikan sebagian rizki yang kita miliki, menolong saudara yang mengalami kesusahaan, puasa dan sebagainya. Namun itu tadi, kadang kita lupa karena dunia telah membelenggu kita…

Praktis

Benar juga apa yang dikatakan orang pintar, bahwa manusia itu dalam hidupnya selalu berpegang pada dua hal, mengejar kebahagiaan dan menjauhi kesengsaraan. Kalaupun ada orang yang menginginkan kesengsaraan, tujuan akhirnya pastilah ingin mencapai kebahagiaan. Praktek ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan mencakup segenap aspek kehidupan, mulai dari hal yang remeh temeh sampai hal yang tidak remeh temeh tentunya. Dan dalam proses mencari kebahagiaan itu (termasuk kesenangan di dalamnya), manusia selalu melakukan perbaikan di sana sini, dengan tujuan agar apa yang dilakukan atau yang dijalankan menjadi lebih mudah, praktis, murah, lebih baik, cepat, lebih nyaman, lebih menyenangkan dan lainnya. Sayangnya dalam proses perbaikan sana sini, manusia sering diliputi oleh nafsunya, walaupun tujuan akhirnya tercapai namun ada saja yang dikorbankan atau dapat merubah suatu kultur yang sebelumnya ada. Contoh, ketika manusia capek berjalan kaki, ketika mereka bepergian jauh, maka secara kreatif, manusia membuat suatu alat atau media yang dapat membawanya ke tempat jauh dengan lebih mudah sekaligus cepat dan kalau bisa sekaligus nyaman. Mulai dari dokar, sampai mobil mewah, bahkan pesawat supersonik mereka buat. Dan tentu saja ada yang dikorbankan dalam membuat karyanya ini, ada pengorbanan yang lebih besar dibandingkan dengan hasil, lebih kecil pengorbanannya, bahkan mengkin juga tidak perlu pengorbanan. Dan banyak lagi contoh yang lainnya. Di lebaran yang belum lama kita lalui, ada hal yang menarik saya untuk mengulasnya, walaupun memang remeh temeh, namun impaknya mengubah sedikit budaya masyarakat. Dalam suasana lebaran, seperti biasa kita saling mengunjungi satu sama lain, nah, ternyata saya sudah tidak melihat lagi suguhan teh atau air putih dalam gelas ketika berkunjung ke tetangga ataupun kerabat ,walaupun memang tidak mengharapkan, yang ada adalah suguhan air dalam gelas plastik, dan itu hampir ada di setiap rumah yang saya kunjungi. Ke depan kita mungkin akan jarang menikmati teh hangat yang disuguhkan oleh tetangga, kerabat atau siapapun yang kita kunjungi, karena telah diganti oleh air putih, air teh, air sirup, dan air-air lainnya dalam kemasan plastik. Karena lebih praktis dan mudah..

Selasa, 07 Oktober 2008

Terbagi

Begitulah ia, Tercipta ketika terbagi, Terbagi kepada siapapun, kepada apapun ----- Hal itu terasa, Terasa ketika ia terbagi… Kepada siapapun, kepada apapun ---- 29 atau genap 30, Semua untuk mengejar dan memperoleh, Suatu predikat. Predikat yang hanya dapat diukur oleh-Nya ---- Di akhir... Semua terasa indah dan lengkap, Biru jika merasa menggapai predikat ---- Jikalah rasa saja sudah indah kala menggapai predikat, Bagaimana kalau ia dibagi, Ya ....dibagi ---- Rasa itu dibagi, Kepada siapapun dan apapun, Bila ia terbagi, maka Bahagia terpendar ---- Bagilah bahagiamu, Bagilah bahagiamu, Agar bahagiamu menjadi nyata.....dan tercipta ---- Bagilah bahagiamu di hari nan fitri itu kepada siapapun dan apapun, Karena.. Kamipun akan rasa bahagiamu ---- ---- Selamat merayakan kebahagiaan, Ied nan fitri Hilman

Minggu, 31 Agustus 2008

Samakah kakekku dengan anakku ?

Sama, Barang tentu mereka sedarah, ia sama darahnya. Mata, hidung, kulit, gigi, dan segala yang ada ditubuh adalah buyut cicit. 99 tahun dan 1 tahun merupakan paduan yang sempurna. Buyut cicit. Buyut karena ia adalah kakekku, ayah bapak ku. Cicit karena ia adalah anakku, cucu bapak ibuku. Sama, Buyut sedang meraih hidup yang sempurna, cicit sedang membangun hidup yang sempurna. Sama, Buyut sedang menyelaraskan inderanya dengan alam, cicit sedang menyelaraskan inderanya dengan alam. Sama , Buyut sedang menyeimbangkan badannya dengan alam, cicit sedang menyembangkan badannya dengan alam Sama, Buyut sedang berusaha memijakkan dan menyeimbangkan kakinya dengan alam, cicit sedang berusaha memijakkan dan menyeimbangkan kakinya dengan alam Cicit, kecilku menyelaraskan, menyeimbangkan segala ada di dalam dirinya dengan alam. Sekarang ia telah mulai melangkahkan kakinya sambil membetangkan tanganya menuju ke depan, tanpa henti. Untuk menyeimbangkan dirinya dengan alam… Nak, selalulah kau imbangi alam ini dengan dirimu… Layaknya buyutmu yang telah menyeimbangi alam ini selama 99 tahun.

Minggu, 24 Agustus 2008

Debu

Terburu-buru saya mengejar untuk bertemu seseorang yang sangat penting, sehingga setelah ada kerjaan kantor yang sudah kelar di Cibubur, langsung menuju tempat yang telah disepakati. Ngobrol dengannya berkaitan dengan proyek besar. Yunus, ya Yunus yang akan saya temui sore ini. Ia sangat, sangat penting bagiku. Tentu di sebuah tempat ngopi yang kita sepakati. Rencananya, ia akan menceritakan mengenai proyek yang telah diselesaikan, dan katanya ia akan teruskan mencari proyek-proyek yang lain. Datang pukul 14.00, tepatnya di sebuah mall yang besar, di sudut tempat kopi. Jangan kau pikirkan kedai kopi biasa yang saya kunjungi. Ini kedai kopi yang sekarang lagi menjamur di kota besar. Yang tukang kopinya jika menyapa kita campur bahasa Inggris, dan bukan tukang kopi lagi sekarang namanya, tapi Barista katanya. Tak apalah, saya ketemuan di tempat ngopi modern seperti ini, demi menghormati temanku yang benar-benar penting. Saat di tempat ngopi, celengak celinguk mencari temanku itu, tapi ternyata ia belum tampak. 15 menit saya tunggu, ia tetap belum juga tampak. Ia hanya ngomong sebelumnya, “Tak mungkin kau hubungi aku dengan HP, mustahil”. Ya sudah, saya pasrah saja tanpa bisa menghubunginya. Tidak tahan menunggu, sehingga saya memutuskan pesan dulu kopinya, toh nanti kalo ia datang, ia juga akan pesan kopinya. Bukannya egois, hanya untuk duduk terlebih dahulu agar tidak pegel, karena dengan pesen kopi, saya bisa duduk. Mana ada sih di kota sekarang yang gratis untuk duduk, apalagi duduk di kursi empuk, pake AC, menghirup aroma Arabica murni sambil liat yang seger-seger lewat. Saya pesen Mochacino panas, “Large”, ujarku mantap. Terbayang aroma Arabica di campur dengan coklat dan susu pilihan. Sudah selesai mas, silakan diambil, ujar om Barista. Harumnya mendesak hidung langsung menuju saraf perasa. Dan saya baru sadar, hari ini kan hari Minggu, pantesan tempat ini penuh, tak keliatan satu sofa pun yang kosong. Syukurlah, akhirnya aku menemukan tempat buat duduk, sayangnya di luar. Tak ada pilihan lain, aku pun keluar memilih tempat duduk yang bisa untuk berdua. Mudah-mudahan Yunus sudi duduk diluar. Duduklah saya di kursi yang bukan sofa, namun kayu. Walau bukan sofa, ergonomis juga kursinya. Udara di luar terasa bersliweran, dan beberapa mobil ada yang lewat di pinggir saya, karena memang letak tempat duduknya pas di lobi pinggir area depan mall. Akhirnya ia datang, ya Yunus datang dengan pakaian khusus seperti biasanya, seperti orang Bangladesh umumnya, menggunakan rompi tipis warna krem. “Ah, kau datang juga temanku, saya pesankan kopi ya?”, Ujarku. Ia menggeleng, “Gak usah repot, dan juga kau kan tahu aku gak bisa minum jika kondisinya seperti ini. “Sudahlah, kau kan mau dengar aku sharing, tahukah kau, proyekku dimulai ketika itu aku melihat kemiskinan melanda Bangladesh, aku benar-benar merasa hampa, karena sebagai dosen di Bagladesh aku sulit mengajarkan teori ilmu ekonomi canggih di tengah-tengah Bangladesh yang diliputi kemiskinan…” Saya syok, setelah 1 menit kurang, tanpa disadari tak sengaja saya sentuh permukaan buku ini, ternyata penuh dengan butiran halus dan kasar, penuh dengan debu, dan tanpa mempedulikan Yunus aku coba buka satu halaman lagi dan menunggu selama 1 menit, ternyata benar, debu cepat menempel di permukaan buku. Panik. Dalam waktu yang cepat debu datang tanpa diundang. Langsung saya sruput Mochacino yang tersisa yang sepertinya telah tercampur debu, bergegas masuk ke dalam mall meninggalkan Yunus yang hanya melongo, melihat kepergian saya. Sori bos, nanti kita lanjutkan ngobrolnya di kosan, aku tutup dulu ya. Weleh, sudah parahkan alam ini, ujarku dalam gegas. [Sesaat setelah menunda membaca buku “Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan” karya Muhammad Yunus, peraih Nobel Perdamaian 2006] Jakarta, 24 Agustus 2008. Hill

Selasa, 19 Agustus 2008

OBOR

Sekitar 15 tahun lalu, diri inilah yang ditonton, berbaris, meneriakkan yel-yel yang membangun serta menghibur bagi siapa saja yang menonoton dan yang dilewati. Setiap yang terlewati terpaku, tersenyum bahkan ada meneriakkan kembali apa yang kami teriakan. Inilah kegiatan malam menjelang 17 Agustus. Saat ini, tanpa terasa, setelah begitu lama tidak datang ke tempat kelahiran, di malam 17 Agusutus, sayalah yang menonton, melihat mereka berbaris, meneriakan yel, serta bergaya sambil membawa sesuatu yang berharga, OBOR SEMANGAT. Sama seperti saya, bagi kebanyakan orang pun, sepertinya malam itu merupakan suatu hiburan belaka, melihat pawai obor berjejer memanjang bak aliran lava tanpa henti. Namun setelah beberapa waktu ketika pawai masih sedang berjalan, saya mulai beralih melihatnya dari segi lain. Melihat yang ditonton oleh penonton. Melihat apa yang sebelumnya saya tidak pernah lihat dan pikirkan. Entah siapa penggagas kegiatan seperti ini, pastilah ia atau mereka menginginkan sesuatu persembahan yang berharga bagi 17 Agustus serta yang berjuang untuknya. OBOR SEMANGAT, mungkin itulah yang mereka harap dari kegiatan ini, untuk terus memperjuangkan apa yang selayaknya diperjuangkan bagi bangsa ini. Semangat yang tidak padam di tengah jalan, semangat yang terus menyala, mengibarkan apa yang selalu di cita-citakan oleh Negara ini. Semangat untuk terus menghalau pesimis yang selalu didengungkan media akan bangsa ini. Semangat menghancurkan keletihan jiwa raga yang kadang mengendap dalam diri. Begitulah ia, OBOR SEMANGAT yang ingin dikobarkan dan selalu dikobarkan setiap tahun menjelang 17 Agustus, mereka faham, perlunya manusia selalu diingatkan. Dan dari diri inilah semangat dimunculkan. Mudah-mudahan dengan dimulai dari diri ini, kita dapat memberikan kontribusi bagi Negara walau hanya sedikit. Walau hanya sedikit. Dirgahayu bangsaku, dirgahayulah ibu pertiwi. 63.

Selasa, 22 Juli 2008

Mendengarkan

Ketika saya mengalami kesulitan berkenaan dengan kehidupan ini, tak ada tempat lain yang saya ajak bicara melainkan seorang sahabat. Hanya ada segelintir sahabat yang saya miliki, selebihnya adalah teman. Ketika kepala mumet memikirkan sesuatu hal, baik itu mengenai pekerjaan, keluarga atau yang lainnya. Saya akan mengontak sahabat saya ini untuk sekedar ngobrol saja untuk sharing mengenai kehidupan. Pernah saya kesulitan dalam hal pekerjaan dan ia hanya mendengarkan, kemudian mendengarkan, selanjutnya mendengarkan dan akhirnya sedikit menjawab, “Memang kadang terdapat pekerjaan yang sulit, namun jalannya adalah dikerjakan saja”, ujarnya. Jawaban yang sebenarnya sudah saya ketahui tanpa harus bertanya. Namun dengan jawaban tersebut saya merasa lebih tenang dan siap untuk melangkah lagi. Dan ternyata saya sedikit menangkap pelajaran dari hal ini, bahwa ketika terdapat teman kita yang mengalami kesulitan atau masalah atau apapun, kita dapat membantu dengan hanya mendengarkan dengan empati.

Rabu, 16 Juli 2008

Perjalanan

Komunitas atau pribadi yang berkecimpung di dunia pelayanan barang tentu sudah tahu bahwa salah satu contoh tentang pelayanan yang terbaik yang selalu didengungkan adalah Singapore Airlines (SQ). Memang banyak hal yang menjadikan SQ sebagai salah satu barometer dalam pelayanan yang baik, mulai dari ketepatan waktu pemberangkatan, fasilitas yang diberikan, sistem yang baik serta kemampuan SDM nya yang handal di seluruh dunia. Namun kita ketahui bahwa perusahaan penerbangan yang lain pun tidak ketinggalan dan bahkan sama dengan SQ atau mungkin lebih mengungguli. Salah satunya adalah Emirates. Perusahaan penerbangan ini mulai memperlihatkan kinerja luar biasa, hal ini disebabkan karena memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggannya. Tengok saja fasilitas yang diberikan oleh Emirat untuk kelas First Class nya, terdapat widescreen entertainment, kemudian flat bed massage seat, personal mini bar dan sebagainya. Dengan memberikan fasilitas luar biasa ini, Emirates semakin menjadi perusahaan penerbangan yang menorehkan kinerja luar biasa. Lihat saja janji mereka, “Now the Journey is The Destination”. Anda akan dilayani sampai benar-benar lupa bahwa Anda sedang melakukan perjalanan jauh.

Kamis, 03 Juli 2008

KOPI

Salah satu bentuk kenikmatan tertinggi akan minuman yang dihadirkan di dunia ini adalah kopi. Tentu saja ini menurut pandangan pribadi. Tiada hari tanpa kopi, itulah yang selama ini dilalui dalam kehidupan sehari-hari, tanpa kopi sehari rasanya ada yang kurang sehingga saya mulai faham arti kecanduan (addict). Kecanduan ini memang sulit dijabarkan dengan kata-kata, namun dapat dirasakan oleh fikiran. Dan saya mulai tapi mengapa orang yang mengalami kecanduan sesuatu sulit untuk melepaskannya tanpa tekad yang kuat dan dukungan dari lingkungan. Kemampuan manusia dalam membuat kopi semakin meningkat secara drastis akhir-akhir ini, ditandai dengan munculnya bisnis kopi yang terus semakin menjamur mulai dari kelas bawah sampai kelas atas, mulai dari harga seribu sampai puluhan ribu satu gelasnya. Kopi tidak lagi diidentikkan dengan komoditas saat ini, namun mulai bergeser ke arah pengalaman. Lihat saja, banyak café yang bermunculan hanya mengandalkan jualan kopi, dengan harga yang luar biasa. Satu gelas kopi bisa dihargai 30 sampai 50 ribu rupiah per gelasnya. Padahal 5 tahun ke belakang, harga kopi lumayan murah. Itu artinya, dengan inovasi produk sertai diferensiasi produk sesuatu yang berasal dari komoditas berubah menjadi barang yang bernilai tinggi. Tanpa inovasi, akan sulit berkembang. Apalagi sekarang ini, ketika persaingan semakin ketat dengan produk yang semakin mirip dengan pesaing... Inovasi is a key for survival.... Ah terima kasih tuhan, engkau memberi kenikmatan yang luar biasa melalui kopi....

Minggu, 22 Juni 2008

Uang Setan

Di perjalanan menuju kampung di kereta api kebetulan saya duduk bersebelahan dengan orang tua. Kembali saya memperoleh pelajaran, ia yang usianya sekitar 50 tahunan sepertinya telah cukup merasakan asam garam hidup ini. Ia berceritera panjang lebar tentang kehidupan yang telah ia lalui sekitar hampir 50 tahun. Ada ungkapan yang selalu ia gaungkan dalam percakapan sekitar dua jam di kereta. “Uang setan akan dimakan jin”, ujarnya berulang kali. Ketika saya kerja sekitar 20 tahun lalu, setiap hari saya memperoleh uang yang bukan hak, bukan hasil keringat sendiri dan jumlahnya banyak kala itu, namun ternyata hasilnya benar-benar sama sekali tidak berbentuk. Selalu saja ingin mengeluarkan dana yang diperoleh untuk hal-hal keduaniwian ujarnya, kebahagiaan yang diperoleh adalah semu, tak menentu. Begitu pula dengan keluarga, mereka sering sakit-sakitan, kurang berkah, mungkin efek dari itu juga, ujarnya. Mendingan sekarang ini, saya memperoleh penghidupan dari keringat sendiri, walaupun tidak besar namun terasa nikmatnya dan penuh berkah, dan tentu saja uangnya dapat terbentuk menjadi barang di rumah. Dan kemudian percakapan tidak terasa terus berlangsung dan membicarakan hal-hal kehidupan, dan obrolan ini harus terhenti ketika kereta telah sampai di Haur Geulis, Indramayu karena ia harus turun di sana, bertemu keluarganya. Ia memberikan pelajaran berharga, bahwa jangan sia-siakan waktu kerja, karena hak yang kita peroleh harus berasal dari hasil kerja kita. Cerita kehidupan adalah merupakan pelajaran bagi hidup ini, ternyata dapat kita peroleh di manapun kita berada. Dan saya peroleh serpihan pelajaran kehidupan di kereta ketika menuju kampung halaman minggu lalu.

Senin, 16 Juni 2008

"Turun"

Banyak inspirasi yang dapat diperoleh ketika kita akan menulis sesuatu. Membaca buku atau melihat di internet merupakan salah satu sumber inspirasi dalam menulis, namun memang biasanya pemikiran yang dihasilkan kurang terlalu orisinil. Sumber lainnya adalah dengan cara menemukan sesuatu melalui pencarian di lapangan atau di luar. Saya sangat kesulitan dalam mencari topik yang ingin ditulis kalau hanya melalui buku atau sumber referensi lainnya. Nah, ternyata setelah di pikirkan kembali dengan matang, sumber inspirasi menulis adalah ketika sedang ada di luar, ketika dalam perjalanan, ketika sedang main, ketika sedang shopping, pokoknya ketika sedang di luar. Sementara saat ini, aktivitas yang dilakukan lebih banyak di balik meja. Sehinga inspirasi memang sedikit sulit untuk ditemukan. Menemukan suatu hal yang baru serta memperoleh hikmah memang sering ditemukan ketika kita sedang di luar, dan hal ini memang telah disadari oleh banyak perusahaan, sebut saja Toyota, yang mengadopsi konsep Genchi Genbutsu, yaitu terjun langsung ke lapangan. Dengan terjun ke lapangan diharapkan dapat mengetahui permasalahan yang terjadi. Sulit memang bagi saya mencari hal yang baik dan menarik untuk ditulis yang merupakan hasil turun ke lapangan, namun saya sendiri sudah mulai dibiasakan mencari sumber-sumber penulisan tersebut dari hasil terjun ke lapangan, dan hasilnya memang walaupun kecil jika saya perhatian, akan dapat diperoleh.

Rabu, 21 Mei 2008

Keras

Sebegitu keraskah hati ini? Ketika memarkirkan keluar dari salah satu kantor, seorang tukang becak dengan sigap membantu menolong kendaraan yang ditumpangi ini untuk keluar dari sebuah kantor, dan hati saya bilang, ah dia hanya ingin membantu, sehingga ibaan ibuku yang duduk dipinggirku untuk memberikan uang barang seribuan untuk tukang itupun aku tidak hiraukan. Sudah keraskah hati ini.. Sehari berikutnya ketika di lampu merah ada topeng monyet yang bermain-main menontonkan kehebatan gerak liuk tubuhnya dan meminta barang recehan kepadaku, tak aku hiraukan pula, lagi teriakan ibu dan istriku membahana, janganlah kau berlaku lampah seperti itu, lihatlah pamanmu ujar ibuku, walaupun lagi berkendara motor, ia pasti menyempatkan diri memberikan selebaran ribuannya, pamanmu bilang, demi keselamatan, demi kelancaran rizki…. Sudah keraskah hati ini… Mengapa peminta selau aku kesali, mengapa yang membutuhkan selalu aku benci.. Jika kau ingin keran rizkimu mengalir, maka buat aliran rizki yang telah didapat olehmu kepada yang hak, agar keran rizkimu bertambah besar, ujar teman bijaksanaku.. Sudah keraskah hati ini

Selasa, 29 April 2008

Komplain

Telah banyak buku, artikel, majalah ataupun yang lainnya menerangkan bahwa pelanggan akan loyal kepada suatu merek jika mereka ditangani dengan baik ketika melakukan komplain. Teori ini memang sudah tidak terbantahkan lagi kesahihannya, sayangnya banyak perusahaan tidak sadar akan hal ini, sehingga mereka mengabaikan suara pelanggan yang masuk dalam bentuk kompalin, saya bahkan pernah mengalaminya, melakukan komplain namun benar-benar tidak dipedulikan. Dan, belum lama ini saya menyaksikan bagaimana pembuktian bahwa pelanggan yang komplain jika ditangani dengan baik, mereka akan loyal kepada kita. Teman saya yang bekerja di sebuah Distributor perusahaan otomotif (sama dengan saya), kala itu menangani komplain serius. Komplain tersebut datang dari luar daerah. Pelanggan mengeluhkan terdapat sesuatu dengan kendaraannya, dan kebetulan kala itu penanganan di Dealer kurang optimal, sehingga pelanggan mengeluhkan sampai ke tingkat Distributor. Akhirnya teman saya kemudian dari jarak jauh memandu pelanggan dan Dealer tersebut dalam menangani komplain tersebut, dibantu dengan pihak terkait di internal Distributor sehingga teman saya dan tim berhasil menangani komplain tersebut secara tuntas, dan pelanggan pun menyatakan puas atas hasil tersebut. Beberapa hari lalu, di lobi kantor datang seorang tentara. Petugas security tergopoh ke atas, ”Pak, ada perwira TNI yang menanyakan tentang produk baru yang akan diluncurkan, kira-kira siapa yang akan menanganinya”, ujarnya. Memang sangat jarang pelanggan atau seseorang yang datang ke Distributor untuk membeli atau menanyakan kendaraan, biasanya langsung ke Dealer penjual, karena Distributor tidak menjual kendaraan. Dan selanjutnya diputuskan teman saya turun ke bawah. Di bawah, ia bertemu dengan perwira tersebut, ia kemudian melihat nama perwira tersebut yang tertempel di seragam ABRInya, ternyata namanya sama dengan yang pernah ia tangani melalui komplain beberapa waktu sebelumnya. Dan ia langsung menebak, dan ternyata benar Bapak ini adalah pelanggan yang ia tangani sebelumnya, sehingga percakapanpun mengalir dengan cepat. Bapak ini ternyata ingin melihat kendaraan yang beberapa hari lagi akan diluncurkan, ia memohon agar dapat melihat sebentar kendaraan baru tersebut. Dan permintaan tersebut dikabulkan, dan setelah melihat kendaraan tersebut, ia berkata, saya adalah orang yang pertama yang akan mengendarai kendaraan ini di Makasar......

Selasa, 22 April 2008

Syukur...

Pagi benar hari ini saya berangkat ke tempat kerja, ditemani si Jalu, Supra kesayangan yang sudah hampir 6 bulan menjadikan pengganti kaki kemanapun pergi melangkah keluar. Namun, sebelum melangkah keluar tempat kosan, di seberang sana, tergeletak beberapa orang yang tidur di pelataran kantor RW. Di jam 7 pagi, mereka masih asik dengan dengkuran yang mereka buat, tiga orang tepatnya. Sepintas saya bisa mengenali satu orang dari mereka. Dia adalah tukang ojeg motor langgananku sebelum ada si Jalu. Dengan berbungkus sarung butut, ternyata ia dengan lelapnya tertidur, tanpa menghiraukan lingkungan, entahlah, Adzan subuhpun mungkin ia cuekan tadi pagi. Datanglah seorang anak kecil menghampiri salah satu dari mereka, sekitar 7 tahun usianya, dan membangunkan salah saatunya. Pak bangun, minta uang untuk sekolah ujarnya, sambil mengguncang-guncang tubuh besar yang ia bangunkan… Pelajaran bagi diri ini, jangan sia-siakan hidup yang penuh kelimpahan ini…

Rabu, 09 April 2008

Proses

Entah apa yang melintas di fikiran ini, langsung teringat masa ketika SD, kala itu sungguh gembira hati ini, karena akan berangkat ke Jakarta. Maklum tidak sering saya ke Jakarta Menghadiri pesta pernikahan paman di Jakarta, ujar ibuku menerangkan maksud tujuan ke Jakarta. Sorak membahana, hidup Jakarta, ujarku yang selama ini hidup di Majalengka yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Dan tibalah saatnya berangkat, naik mobil carteran, karena sebagai anak pegawai negeri dengan ibu yang hanya mengurus rumah tangga, mana sanggup membeli mobil, sekalipun Carry... Masih terngiang kebahagiaan naik mobil bersama keluarga, sunguh indah nian ketika berada di dalam mobil, celengak celinguk menikmati pemandangan dan apapun yang sedang di lewati. Bahagia. Itulah hal yang dialami ketika masih kecil, belum pun datang di Jakarta, di perjalanan hati sudah riang. Tiba di Jakarta hati juga riang, setiap moment begitu indah. Dua hari di Jakarta, walaupun udara panas, namun tetap tidak membuat hati gerah. Dan ketika pulang pun hati ini senang, di mobil tidak bosan-bosannya saya bergembira. Di jalan bergembira. di mana-mana bergembira. Itulah hidup masa kecil, setiap moment merupakan moment yang berbahagia. Di masa kecil kita tidak berfokus kepada tujuan saja, namun juga kepada proses. Setiap proses yang dilewati, dinikmati dengan senang hati. Setiap perjalanan, entah itu ke mana saja, membuat hati selalu senang... Ternyata benar apa yang dikatakan Eckhart Tolle, dalam bukunya The Power of Now, kebahagiaan itu adalah sekarang, setiap proses yang kita lalui merupakan masa-masa yang indah, tanpa perlu menunggu esok lusa. Sayang jika saat ini kita memikirkan hal-hal yang tidak perlu.

Minggu, 06 April 2008

Gerbong 3

Di gerbong 3 paling ujung, hari itu saya mendapatkan tempat duduk di ketera api akhir pekan yang akan menuju Cirebon dari Jakarta. Beruntunglah, walaupun di ujung belakang saya memperoleh tempat duduk, biasanya kalau di akhir pekan, jika tidak memesan tiket terlebih dahulu pastilah tidak memperoleh tempat duduk. Saat itu di sebelah, seorang wanita muda terfokus kepada ipodnya sehingga tak ada kesempatan bagi saya untuk sekedar ngobrol barang sejenak dengannya, karena ia sangat fokus dengan lagu yang suaranya sampai terdengar olehku, padahal ia gunakan headphone. Akhirnya, sayapun bergegas mengikuti gaya wanita disebelah, mengambil headphone dan langsung mendengarkan musik dari lagu yang tersimpan di Nokia saya, terdegarlah lantunan merdu dari Seal, Kiss of Roses….ah.. jaman sudah edan, semuanya jadi egois. Namun akhirnya saya mulai tertarik dengan keluarga yang duduknya di pinggir seberang, keluarga dengan dua orang anak, satu usianya berusia kira-kira delapanan tahun dan satu lagi, bayi lucu, umurnya 6 bulan, gemuk, putih, ah benar-benar lucu, langsung teringat dengan anak sendiri yang usianya tidak jauh dengannya. Di akhir pekan, memang banyak penumpang yang tidak kebagian tiket, sehingga di sebelah saya terdapat beberapa orang yang duduk di bawah, mengampar koran. Sudah tidak aneh lagi di kereta, jika sudah penuh, pihak Kereta Api masih menjual tiket berdiri, dan penumpang berdiri tidak hanya di bisnis saja, melainkan juga di executive juga ada. Pokoknya kalau akhir pekan pasti ramai. Nah, kebetulah di sebelah bawah seorang bapak yang duduk mengampar di bawah tertarik dengan bayi tersebut, sehingga terus menggodanya, dan bayi yang lucu itu pun tersenyum simpul dan terus memperhatikan bapak tersebut. Namun yang saya heran ternyata Bapak bayi tersebut hanya menatap kosong, sulit tersenyum, tidak seperti biasanya jika seorang Bapak memiliki bayi pastilah bayi tersbut akan digendong dan digodanya. Namun tidak dengan bapak muda ini. Dia hanya tercenung. Kebetulan ia tidak duduk di kursi namun menghadap tempat duduk anak2 dan istrinya, ia hanya menatap kosong kepada anak-anaknya. Kemudian mulailah percakapan seorang bapak yang duduk di bawah yang mulai menggoda bayi tersebut dengan orangtua bayinya. Aduh lucu bayinya, sudah berapa bulan?, enam bulan ujar ibunya, kecil-kecil sudah jalan-jalan nih si kecil ujar bapak tersebut, dan mulailah pembicaraan mengarah ke serius, dan saya pun karena mulai tertarik, akhirnya melepas headphone, iya si dede habis ke dokter di RS Harapan Kita, ujar ibunya, ia harus di operasi bulan depan om, jantungya tidak berfungsi dengan normal, sehingga harus buru-buru di operasi, karena kata dokter, jika tidak buru-buru akan infeksi ke jantungya. Kita juga kaget, si dede yang sehat ini punya kelainan jantung, gejalanya sering batuk, susah minum susu, karena cepat sekali capek dan terengah-engah, terus kagetan, malam ini saja dede tidak tidur karena di Jakarta ribut terus. Lihat aja sekarang ini, matanya ngantuk sekali, tapi gak bisa tidur om, sedikit saja ada gangguan ia terbangun, ujar ibunya, dan diiyakan oleh suaminya yang sepertinya memikirkan sesuatu… Dan saya pun langsung teringat si kecil yang di rumah….. Doain ya om, mudah-mudahan kita ada dana….ujar ibunya….

Senin, 24 Maret 2008

Nasib

Saya tidak membayangkan bisa menyekolahkan anak seperti sekarang ini, ujar ia lirih penuh dengan kebanggaan. Di kereta sore itu saya tidak sengaja duduk dengan bapak tua yang naik dari Jatibarang, sedangkan saya naik dari Cirebon, kita akan menuju Jakarta. Percakapan di mulai dengan Suharto yang meninggal hari itu, ia hanya bergumam, seharian saya tidak lihat televisi, saya sedang asik mengopeni bebek seharian, baru tahu tadi lihat sebelum berangkat ke stasiun. Dan mulailah pembicaraan berkembang kesana kemari, diiringi sedikit tawa jika keluar hal lucu dari mulutku atau mulutnya. Ia setiap minggu hilir mudik dari Tangerang ke Jatibarang, kerja di Tangerang, di bengkel skala menengah, dan akhir pekan bertemu keluarga di Jatibarang. Belasan tahun lalu, ia memboyong istrinya ke Tangerang, dengan modal bekerja di bengkel ia nafkahi istri dan kedua anaknya. Ketika anaknya akan masuk SD ia tertegun, biaya yang harus dikeluarkan di kota Tangerang untuk menyekolahkan anaknya tidaklah cukup hanya dari bengkel, benar-benar berat, ia tak bisa membayangkan bagaimana nasib kedua anaknya kelak. Ia hanya bisa termenung. Akhirnya, pokoknya pekerjaan apapun ia lakukan untuk menyekolahkan anaknya, disela bekerja di bengkel, ia mencari tambahan, mulai dari mengumpulkan sampah botol plastik ataupun kardus, pinjam cangkul ke tetangganya untuk menggarap tanah kosong dan sebagainya. Saya tidak sanggup kala itu, matanya berkaca-kaca, mengingat masa lalu. Namun ternyata nasib berubah, istrinya yang kala itu menganggur diterima bekerja sebagai pegaawai negeri di kampung asalnya, Jatibarang. Dan akhirnya istrinya memboyong kedua anaknya ke kampung halaman, sementara ia tetap tinggal di Tangerang. Dan begitulah, setiap minggu ia hilir mudik Tangerang Jatibarang, sudah puluhan tahun. Dan sekarang ia telah menjadi mandor di bengkel tersebut. Jika pulang kampung, ia senang jalan-jalan di kampungnya menyusuri sawah serta mengopeni bebek yang ia pelihara. Saat ini beliau dan istrinya tengah menyekolahkan dua anaknya di universitas dan satu di sekolah menengah. Beliau hanya berkata, dalam hidup ini jika kita baik, alam akan baik kepada kita. Ini mas ada makanan kecil, istri saya selalu membawakannya jika mau ke Tangerang, buat mengganjal perut...

Rabu, 05 Maret 2008

Kontribusi

Semakin dia disanjung, semakin dia memberikan kontribusi besar pada dunia, pada lingkungan, pada masyarkat sekitar, pada keluarganya, pada dirinya. Kontribusi yang dia bangun, tidak hanya kontribusi positif melainkan juga kontribusi negatif. Namun apalah artinya memberikan kontribusi negatif, karena hal tersebut akan merendahkan kita di mata orang lain. Lihatlah orang-orang yang namanya harum semerbak, selalu dikenang sebagai pahlawan bagi orang lain dan dijadikan contoh bagi kehidupan, cerita-cerita mereka diabadikan dalam sebuah tulisan, drama, puisi, film, bahkan cerita legenda. Indah sekali rasanya bila diaggap sebagai pahlawan, apalagi ketika kita masih hidup sudah dianggap pahlawan oleh orang banyak. Pencarian sosok pahlawan atau panutan seringkali kita lakukan sebagai manusia untuk mencari kira-kira laku lampah mana yang baik yang dapat dijadikan acuan kita dalam berlaku. Saking getolnya kita mencari sosok itu, hingga lupa kepada diri sendiri. Padalah banyak suara bijak berbisik bahwa setiap manusia mempunyai kelebihan yang tak bertepi, unlimited. Sehingga kita sebagai manusia dapatlah menjadi pahlawan. Minimal pahlawan bagi dirinya. Negara kita saja memperdebatkan siapa-siapa yang berhak menyandang gelar tersebut, ah, ngapain mikirin hal itu, yang pasti saya hanya merasa ada satu syarat yang musti dilakukan agar kita layak diberikan gelar pahlawan, yaitu memberikan manfaat bagi orang lain. Dengan melakukan hal tersebut selayaknya kita dapat menjadi pahlawan. Sangat mudah. Bahkan sebuah bintang kecil pun bersinar dalam kegelapan (Pepatah Finlandia)

Minggu, 17 Februari 2008

Adzan Terindah

Jakarta banjir, begitu pula di sekitar kantor Jumat itu, saya dengan rekan berusaha keluar darinya. Dengan menggunakan mobil teman, diiringi perasaan sedikit was-was kita keluar dari jebakan tersebut. Dan akhirnya, setelah lepas dari jebakan banjir, saya memutuskan untuk pulang ke kampung halaman, karena memang kebetulan besoknya libur akhir pekan. Namun sebelum pulang ke Majalengka, saya mampir terlebih dahulu ke Bandung, melihat usaha yang dimiliki dan juga rekan-rekan pengelolanya. Sore itu, tanpa mengalami hambatan, saya langsung menuju Bandung, dan langsung ke tempat rekan-rekan yang kala itu dikabarkan sakit. Dan ternyata ketika saya melihat mereka, keduanya terkapar, yang satu sakit flu berat, dan yang satunya lagi sakit gejala deman berdarah. Sudah 2 hari bisnis kita tutup kerena keduanya sakit. Di malam yang tidak ceria itu, saya memberikan dukungan kepada keduanya, dengan candaan untuk mendorong mereka menjadi bersemangat. Entah mengapa, malam itu suasana memang tidak seperti biasanya, tidak ada senyum ceria dari mereka. Mereka tergolek lemah. Rekanku Jamil [Abeng] yang selama ini selalu ceria tak mampu lagi tersenyum walau hanya sesaat, badannya sedang bertarung dengan sakit yang dideritanya. Akhirnya saya pun pergi tidur dan langsung terlelap malam itu. Betapa kagetnya ketika Jamil membangunkanku pukul 4 lebih 15 pagi. Ia berbisik lembut di telingaku, “ Bapak sudah tiada”, aku langsung kaget “ Inna lillahi wan inna ilaihi roojiun”, sontakku. “Mau pergi sekarang atau nanti siang a”, ujarnya tabah. Aku jawab “Berangkat sekarang saja, tapi tunggu pukul 5 pagi, karena bis yang ke Majalengka adanya pukul 5 pagi dari Bandung”. Tanpa menunggu waktu langsung kita bersiap dan berangkat menuju Majalengka. Di tengah perjalanan, saya hanya terdiam, dan sesekali melirik sahabat saya itu, hati ini miris, seumur hidupku, baru kali ini saya menemani orang yang akan melihat ayahnya pergi untuk terakhir kalinya. Di perjalanan, ia hanya terdiam dan terdiam, sesekali mendapatkan telepon dari keluarganya, mereka bertanya, sudah sampai di mana?, dan setiap lima belas menit telepon berbunyi lagi untuk menanyakan posisi terakhir. Dan begitu seterusnya. Keluarganya di telepon berkata, bahwa mereka tinggal menunggu Jamil, jika ia sudah datang dan melihat ayahnya untuk terakhir kali, langsung akan dimakamkan. Kala itu saya langsung teringat kembali ke masa lampau, ayahnya adalah sahabat ayahku, sama-sama penggemar tenis meja. Mereka bersahabat sedari kecil, begitu pun aku dan Jamil, kita bersahabat sedari kecil, juga hobi bermain tenis meja. Sudah 2 tahun terakhir ayahnya sakit keras. Serasa waktu merenggut kita kala itu, mobil bis yang kita tumpangi rasanya tidak sampai-sampai. Setelah tiga jam setengah, akhirnya kita sampai ke Majalengka, langsung menuju rumah Jamil. Di rumah duka, ia bertemu dengan ayahnya yang telah tiada untuk terakhir kalinya, ia cium kening ayahnya. Air mata yang tertahan selama di perjalanan, akhirnya merembes di pipinya. Jenazahnya langsung dibawa ke pemakaman. Di pemakaman, liang lahat yang sudah dipersiapkan telah menunggu jasad ayahnya. Dan sebelum jasadnya diturunkan. Adzan berkumandang……hatiku langsung teriris… inilah Adzan terindah yang aku dengar, indah sekali…indah dan saya serasa diingatkan…. Ketika kita lahir kedua telinga kanan dan kiri di kumandangkan adzan dan akhirnya ketika kita meninggal kitapun dimumandangkan adzan… Kullu nafsin dzaaiqatul maut. AllahumaghfirlaHu warhamHu wa’afiHi Wa’fuanHu… Usia ayahnya sama dengan usia nabi Muhammad ketika wafat.

Senin, 14 Januari 2008

2 Kejadian Penting

Sebulan lalu, 2 kejadian menimpa saya dalam waktu berdekatan. Kejadian yang mengguncang hati sekaligus memberi peringatan dan pelajaran. Waktu itu, ketika saya berencana berangkat ke Bandung dari Malengka dan kemudian diteruskan ke Jakarta. Tujuan transit dulu ke Bandung adalah menghadiri pernikahan kawan kantor. Tidak seperti biasanya, saya ke Bandung kali ini menggunakan sepeda motor di bonceng oleh adik saya yang kebetulan akan ke Bandung. Sebelum berangkat, hati memang sudah tidak enak, entah kenapa, ketika di perjalanan akhirnya saya bertabrakan dengan motor, walau sudah hati-hati, namun kecelakaan tersebut tidak terhindarkan (maaf tidak diterangkan mengapa sampai terjadi kecelakaan tersebut). Di jalan raya yang besar tersebut banyak kendaraan yang simpang siur, kita dinaungi oleh-Nya. Kami di tolong oleh masyarakat sekitar, akhirnya kami di ajak ke rumah seseroang yang menolong, ia begitu ramah, memberi makanan dan minuman, menenangkan, dan menyediakan tempat tidurnya untuk kami. Ia tidak fokus terhadap masalah yang terjadi melainkan memfokuskan terlebih dahulu akan orang yang celaka. Di rumahnya ini, yang dindingnya tidak bertembok namun hanya menggunakan bilik, saya memperoleh anugrah, ditemukan dengan orang yang senang dan tulus menolong. Dan pada hari itu juga saya melanjutkan perjalanan ke Bandung. Sekitar 3 minggu setelah kejadian itu, saya pulang dari Jakarta menuju kampung halaman, Majalengka, dengan buru-buru saya berangkat dari kantor menuju Gambir, menggunakan ojeg motor agar cepat sampai agar tidak ketinggalan kereta, sudah kangen sama anak dan istri di kampung, namun di tengah perjalalan saya mengalami kecelakaan lagi, menabrak mobil, jatuhlah saya di tengah jalan raya yang ramai, di beberapa tempat saya mengalami luka, ketika jatuh tersebut di tengah jalan raya, saya di tolong oleh orang-orang, dipinggirkanlah saya dengan di gendong oleh dua orang, saat itu saya benar-benar tidak dapat berdiri. Dua orang ini begitu perhatian dan ramah, ia tunggui saya, kemudian memberi saya obat luka, dan ketika saya bisa benar-benar berdiri dan pulang, kedua orang ini memapah saya menuju taksi yang mengantarkan saya kembali ke tempat kosan. Minggu itu saya tidak dapat menemui keluarga di kampung. Kejadian ini memberikan hikmah besar bagi saya, bahwa jika bepergian namun tidak enak hati, saya harus berfikir lagi, apakah jadi atau tidak, yang kedua, jika menggunakan kendaraan kita harus hati-hati dan melihat sekitar, walau kita sudah hati-hati mungkin saja orang lain tidak hati-hati dan yang terakhir saya memperoleh hikmah penting, bahwa masih banyak orang yang tulus menolong di sekitar kita. Terima kasih kepada orang-orang yang telah menolong saya dengan tulus... Terima kasih Tuhan, saya selalu diingatkan.....

Selasa, 08 Januari 2008

Konsisten

Beberapa waktu lalu saya datang ke suatu dealer resmi Toyota, tentu saja untuk melakukan perbaikan mobil yang sudah masanya untuk di service, maka datanglah saya ke Dealer A (dirahasikan namanya, karena menyangkut etika), dan alangkah terkejutnya saya ketika di area parkir Dealer mendapati tempat parkirnya penuh, kebetulan hari itu saya masuk pada jam yang sibuk di bengkel, namun salah seorang security di Delaer tersebut proaktif menawarkan bantuan, ’Silakan bapak langsung saja ke dalam, nanti parkirnya saya carikan, mohon kuncinya di tinggal saja’, wah ternyata securitynya baik sekali, seperti di Hotel saja, memberikan bantuan untuk memarkirkan mobil (valet), namun sudah tentu di bengkel ini gratis, tanpa harus bayar layaknya di hotel. Dan setelah pulang dari bengkel tersebut, saya merasa puas karena dari awal di layani dengan baik. Kemudian di lain waktu saya datang lagi ke bengkel tersebut, dan kebetulan pada waktu itu bengkel tersebut ramai sehingga parkirnya penuh, namun karena sebelumnya saya pernah memperoleh pengalaman yang baik di bengkel ini, maka sayapun langsung yakin pasti akan di bantu untuk mencarikan tempat parkir. Namun, ternyata hal tersebut tidak terjadi, security yang ada di sana bilang kepada saya, ”Maaf pak, parkirnya sudah penuh”, tanpa memberikan solusi, akhirnya saya tidak jadi service di bengkel tersebut, dan memutuskan mencari bengkel lain, maka datanglah saya ke bengkel B. Ketika sampai di bengkel ini, saya langsung memarkir kendaraan, dan pada waktu itu securitynya dengan sigap mendatangi dan menunggu di luar mobil sampai saya ke luar dari mobil, dan ketika saya keluar, ia dengan sigap pula mendampingi saya menuju showroom, dan dengan ramah ia menunjukkan tempat yang saya akan tuju. Akhirnya saya yang sudah punya pengalaman tidak enak dengan Dealer A memutuskan untuk pindah ke bengkel B untuk melakukan service. Dan saya pun datang keduakalinya ke bengkel B, saat datang ke bengkel, saya di sapa oleh seorang satpam yang ramah, kemudian ia menunggu sampai saya keluar dari mobil dan kemudian mendampingi saya menuju showroom dan menunjukkan tempat yang akan saya tuju. Saya memperoleh pelajaran dari kejadian ini, bahwa pelayanan yang hebat (di tunjukkan oleh Dealer A) ternyata akan bermasalah jika tidak dijalankan secara konsisten. Sementara pelayanan yang biasa saja atau baik namun dijalankan dengan konsisten akan lebih di hargai... If we serve customer, we have to be consistent

Kamis, 03 Januari 2008

Mug Indah

Di sela kesibukan saya bekerja, seseorang teman tiba-tiba menghampiri saya, kemudian ia memberikan sesuatu kepada saya, ia bilang, Man ini ada hadiah buat si kecil, ia sodorkan dalam bungkusan. Dia memberikan suatu hadiah mug dan di dalamnya ada pakaian buat bayi, kemudian mug yang di dalamnya terdapat pakaian tersebut di bungkus dengan plastik berwarna. Saya ucapkan terima kasih, menurutku ini merupakan salah satu bentuk care seorang teman yang baik, namun saya lebih terkejut lagi ketika membuka bungkusan yang menutup mug tersebut, ternyata mug tersebut bergambarkan kumpulan foto anak-anak saya, surprise... Selama ini memang saya biasa hampir tiap dua minggu menyebarkan gambar-gambar anak saya melalui email kepada teman-teman kantor untuk memberikan kabar mengenai pertumbuhan anakku, karena di kantorku hal tersebut sudah biasa (katanya kita semua adalah keluarga), dan tak dinyana, temanku secara tiba-tiba memberikan surprise mug bergambar anakku. Yang aku fikirkan sekarang adalah bagaimana temanku itu terus mengumpulkan foto anakku selama berbulan-bulan kemudian mencari pengrajin mug yang bisa menempelkan foto anakku, kemudian menghabiskan waktunya untuk hal tersebut, ah, dia mungkin sudah menghabiskan waktu untuk hal ini. Thanks mbak Prim. Jika hal ini di terapkan di bisnis, yaitu memberikan pelayanan yang surprise, barang tentu pelanggan akan terhenyak dan sulit melupakan moment tersebut, dan akhirnya loyal kepada kita.

Selasa, 01 Januari 2008

Komunitas Eksotis

Saat ini memang tidak mudah mencari orang yang tulus membantu. Di kota besar malah sudah mulai terbentuk kehidupan yang individualistis, kalau bukan urusan saya, maka tidak akan dipedulikan urusan orang lain. Lingkungan sekitar pun sudah tak dipedulikan lagi. Sudah banyak orang yang kesulitan untuk melakukan sosialisasi dengan masyarakat sekitar karena memang sudah mulai terjebak dengan rutinitas kerja yang sangat menyedot waktu, sehingga waktu merupakan perhiasan yang amat berharga saat ini, yang pada akhirnya kita mulai tidak peduli. Alangkah indahnya bila kita menemukan tidak hanya individu yang tulus namun malah komunitas yang tulus, dan ternyata saya temukan komunitas tersebut di negeri ini. Ketika liburan lalu saya berangkat ke pulau yang kata orang merupakan salah satu pulau terbaik di jagad ini, pulau yang dikata lebih masyur daripada nama negaranya, Bali, saya menemukan secercah keindahan yang jarang ditemui. Ketika itu, salah satu alternative terbaik mengelilingi pulau ini adalah dengan menggunakan sepeda motor, agar lebih menikmati proses perjalananannya dan menikmati segarnya udara Bali. Akhirnya saya memilih sepeda motor untuk mengelilingi beberapa tujuan wisata di pulau Bali. Tentu sepeda motor sewaan. Di mulai dari Denpasar menuju Kuta, di persimpangan jalan saya kebingungan mencari jalan yang tepat, akhirnya saya membuka peta di pinggir jalan, masih di atas sepeda motor, ketika sibuk mencari jalan di peta, saya dihampiri oleh seseorang, dan ia pun dengan ramah menanyakan ke mana tujuan saya, dan akhirnya ia pun menunjuk jalan yang akan saya tuju. Sudah hampir satu kilometer dari tempat tadi saya mulai kebingungan lagi mencari jalan, sehingga terpaksa lagi membuka peta, namun ketika membentangkan peta kembali, seseorang yang mengendari sepeda mendekati, dan berkata, what can I do for u sir?, untuk kedua kalinya aku di bantu kembali, dan akhirnya saya dengan menggunakan bahasa Indonesia tentunya menanyakan kemana tempat yang akan di tuju, dan ia pun dengan ramah memberitahukan jalan tersebut. Ternyata saya sudah mulai merasakan ketulusan di pulau ini, dan yang ketiga, saya akan mencoba apakah hal tersebut apakah akan terulang lagi?, dan kemudian tidak jauh dari tempat itu, secara sengaja saya buka kembali peta, dan benar, sayapun dihampiri lagi oleh seorang pengendara motor, what can I do for u sir…. Sungguh komunitas yang eksotis…