Kamis, 16 Oktober 2008

Merasakan

Di pagi yang sejuk setelah semalam turun hujan, telah sepakat dengan dengan istri, pagi itu si kecil rambutnya akan digunduli, sudah satu tahun setelah ekahan belum satu kali pun rambutnya di pangkas habis, alasannya sederhana, agar tumbuh rambut yang lebih bagus. Ketika tukang cukur yang kebetulan masih tetangga didatangkan, semuanya tampak biasa saja, tak ada hal yang membuat si kecil takut. Namun, ketika pisau cukur otomatis menyapu rambutnya, tangisnya meledak sejadi-jadinya, jadilah suasana berubah tak menentu, ia menangis terus ketika sedang digunting rambutnya, menangis sekencang-kencangnya, sampai keringatnya bercucuran. Seguk tangisnya bersama dengan diangkatnya kepala berulang kali menandakan ia merasa tersiksa. Di tengah tangisnya, muncul tangisan baru, sepupunya yang berusia 4 tahun ikut pula menangis, ia berkata kepada ibunya, kakak istriku, “Kasian dede, jangan diterusin menggunting rambutnya,” ujarnya iba. Sekecil itu sudah merasakan kesedihan saudaranya, menjadikan kita yang telah dewasa tersenyum melihat keponakanku menangis karena alasan tersebut. Namun setelah dipikirkan lebih dalam ternyata itu sebenarnya salah satu fitrah manusia, yaitu merasakan penderitaan sesamanya. Dan ternyata, tidak ada batasan usia bagi manusia tentang fitrah saling merasakan penderitaan ini. Dalam kehidupan sehari-hari, ketika kita melihat sesuatu bencana atau kesedihan yang menimpa manusia, fitrahnya, kita merasakan bagaimana penderitaan mereka ketika tertimpa musibah, dan tentunya jika benar-benar meresapi lagi maknanya, maka kita tidak hanya merasakan saja, melainkan juga melakukan tindakan untuk membantu membebaskan penderitaan mereka yang tertimpa musibah. Sikap peka terhadap penderitaan orang lain inilah yang sulit dipelihara oleh manusia, kadang saya pun demikian, benar-benar tidak sadar atau mungkin tidak peduli dengan keadaan sesama. Hal ini terjadi mungkin disebabkan karena mulai terbelenggu oleh dunia, sehingga ego mementingkan diri sendiri serta sifat negatif muncul begitu kuat dibandingkan ego fitrah yang kita miliki. Sebenarnya agama telah banyak memberikan solusi mengenai hal ini, mulai dari memberikan sebagian rizki yang kita miliki, menolong saudara yang mengalami kesusahaan, puasa dan sebagainya. Namun itu tadi, kadang kita lupa karena dunia telah membelenggu kita…

Tidak ada komentar: