Selasa, 21 Agustus 2007

Nak...

Minggu, 12 Agustus, tepat hari di mana istri menginjak usia 9 bulan kandungannya, sebagai calon ayah, saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk keperluan melahirkan mulai dari pakaian istri, perlengkapan untuk bayi, keuangan dan lainnya. Dan di hari itu pula dokter memperkirakan istri saya akan melahirkan. Namun waktu yang di tunggu belum kunjung tiba, istri tidak merasakan sesuatu, mulas pun tidak, karena katanya, tanda-tanda melahirkan adalah adanya mulas2. Well, akhirnya saya putuskan untuk berangkat ke Jakarta pada sore itu, saya bilang ke keluarga, jika ada sesuatu mohon untuk segera menghubungi. Pukul 9 pagi hari Senin lalu, 13 Agustus, persaan khawatir terhadap istri mulai melanda, saya kemudian menelepon istri, namun yang mengangkat adalah mertua saya, dan dia mengatakan bahwa istri saya mengalami pendarahan hebat, bahkan mertua sampai menangis ketika menelepon, padahal mertua sendiri adalah bidan yang sangat faham akan seluk beluk persalinan, berarti saya simpulkan waktu itu, ada masalah besar yang sedang menimpa istri saya. Seketika itu pula saya akhirnya meminta izin untuk pamit pulang. Diperjalanan sendiri hati ini gundah gulana, dan terus menelepon keluarga mengenai perkembangan istri. Perjalanan dari Jakarta pukul 9.35 WIB sampai di Kadipaten pukul 15.00 WIB terasa cukup lama, bahkan terasa sangat lama sekali, memikirkan perkembangan istri. . Karena pendarahan yang cukup hebat, akhirnya rencana untuk melahirkan di Cirebon pada waktu itu tidak dapat terwujud (padahal ruangan dan dokternya sudah di booking), karena takut terjadi apa-apa di perjalanan, maka akhirnya di bawa ke rumah sakit Cideres, Majalengka. Setibanya di Rumah Sakit Cideres, saya melihat istri terbaring dengan wajah merasakan sakit dan mulas, pada siangnya dokter kandungan telah memecahkan dengan sengaja ketubannya agar istri saya merasakan mulas. Pendarahan yang pagi terjadi diterangkan oleh dokter berasal dari plasenta yang masih ada sedikit yang di bawah. Pada pukul 8 malam istri sudah mulai merasakan mulas yang sangat, dokter pun di telp., namun dokter mengatakan bahwa bidan saja sudah cukup, akhirnya, pada persalinan itu di bantu oleh 3 bidan (luar biasa, jarang sekali persalinan di bantu langsung oleh 3 bidan).. Saya sendiri waktu itu, langsung melihat persalinan istri, begitu gigihnya ia, sampai mukanya dari warna putih kelihatan menjadi biru keabu-abuan (mungkin moment inilah yang tidak terlupakan, begitu besarnya perjuangan seorang ibu ketika melahirkan). Namun sampai pukul setengah 10 bayi tidak kunjung keluar, kemudian dokter di telepon kembali. Dokter berjanji akan datang, setibanya dokter, ia memutuskan, persalinan mengggunakan metode vacuum. Akhirnya setelah menggunakan metode vacuum, tepat pukul 10 istri dapat melahirkan dengan baik, bayi mungil pun keluar untuk pertama kalinnya ke bumi ini. Dan menangislah ia....... Menangislah nak... kelak kemudian hari ayah dan ibu doakan engkau menjadi anak shalih dan menjadi penyejuk hati..... Maka, nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan...................

Tidak ada komentar: