Kamis, 16 Oktober 2008

Praktis

Benar juga apa yang dikatakan orang pintar, bahwa manusia itu dalam hidupnya selalu berpegang pada dua hal, mengejar kebahagiaan dan menjauhi kesengsaraan. Kalaupun ada orang yang menginginkan kesengsaraan, tujuan akhirnya pastilah ingin mencapai kebahagiaan. Praktek ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan mencakup segenap aspek kehidupan, mulai dari hal yang remeh temeh sampai hal yang tidak remeh temeh tentunya. Dan dalam proses mencari kebahagiaan itu (termasuk kesenangan di dalamnya), manusia selalu melakukan perbaikan di sana sini, dengan tujuan agar apa yang dilakukan atau yang dijalankan menjadi lebih mudah, praktis, murah, lebih baik, cepat, lebih nyaman, lebih menyenangkan dan lainnya. Sayangnya dalam proses perbaikan sana sini, manusia sering diliputi oleh nafsunya, walaupun tujuan akhirnya tercapai namun ada saja yang dikorbankan atau dapat merubah suatu kultur yang sebelumnya ada. Contoh, ketika manusia capek berjalan kaki, ketika mereka bepergian jauh, maka secara kreatif, manusia membuat suatu alat atau media yang dapat membawanya ke tempat jauh dengan lebih mudah sekaligus cepat dan kalau bisa sekaligus nyaman. Mulai dari dokar, sampai mobil mewah, bahkan pesawat supersonik mereka buat. Dan tentu saja ada yang dikorbankan dalam membuat karyanya ini, ada pengorbanan yang lebih besar dibandingkan dengan hasil, lebih kecil pengorbanannya, bahkan mengkin juga tidak perlu pengorbanan. Dan banyak lagi contoh yang lainnya. Di lebaran yang belum lama kita lalui, ada hal yang menarik saya untuk mengulasnya, walaupun memang remeh temeh, namun impaknya mengubah sedikit budaya masyarakat. Dalam suasana lebaran, seperti biasa kita saling mengunjungi satu sama lain, nah, ternyata saya sudah tidak melihat lagi suguhan teh atau air putih dalam gelas ketika berkunjung ke tetangga ataupun kerabat ,walaupun memang tidak mengharapkan, yang ada adalah suguhan air dalam gelas plastik, dan itu hampir ada di setiap rumah yang saya kunjungi. Ke depan kita mungkin akan jarang menikmati teh hangat yang disuguhkan oleh tetangga, kerabat atau siapapun yang kita kunjungi, karena telah diganti oleh air putih, air teh, air sirup, dan air-air lainnya dalam kemasan plastik. Karena lebih praktis dan mudah..

Selasa, 07 Oktober 2008

Terbagi

Begitulah ia, Tercipta ketika terbagi, Terbagi kepada siapapun, kepada apapun ----- Hal itu terasa, Terasa ketika ia terbagi… Kepada siapapun, kepada apapun ---- 29 atau genap 30, Semua untuk mengejar dan memperoleh, Suatu predikat. Predikat yang hanya dapat diukur oleh-Nya ---- Di akhir... Semua terasa indah dan lengkap, Biru jika merasa menggapai predikat ---- Jikalah rasa saja sudah indah kala menggapai predikat, Bagaimana kalau ia dibagi, Ya ....dibagi ---- Rasa itu dibagi, Kepada siapapun dan apapun, Bila ia terbagi, maka Bahagia terpendar ---- Bagilah bahagiamu, Bagilah bahagiamu, Agar bahagiamu menjadi nyata.....dan tercipta ---- Bagilah bahagiamu di hari nan fitri itu kepada siapapun dan apapun, Karena.. Kamipun akan rasa bahagiamu ---- ---- Selamat merayakan kebahagiaan, Ied nan fitri Hilman

Minggu, 31 Agustus 2008

Samakah kakekku dengan anakku ?

Sama, Barang tentu mereka sedarah, ia sama darahnya. Mata, hidung, kulit, gigi, dan segala yang ada ditubuh adalah buyut cicit. 99 tahun dan 1 tahun merupakan paduan yang sempurna. Buyut cicit. Buyut karena ia adalah kakekku, ayah bapak ku. Cicit karena ia adalah anakku, cucu bapak ibuku. Sama, Buyut sedang meraih hidup yang sempurna, cicit sedang membangun hidup yang sempurna. Sama, Buyut sedang menyelaraskan inderanya dengan alam, cicit sedang menyelaraskan inderanya dengan alam. Sama , Buyut sedang menyeimbangkan badannya dengan alam, cicit sedang menyembangkan badannya dengan alam Sama, Buyut sedang berusaha memijakkan dan menyeimbangkan kakinya dengan alam, cicit sedang berusaha memijakkan dan menyeimbangkan kakinya dengan alam Cicit, kecilku menyelaraskan, menyeimbangkan segala ada di dalam dirinya dengan alam. Sekarang ia telah mulai melangkahkan kakinya sambil membetangkan tanganya menuju ke depan, tanpa henti. Untuk menyeimbangkan dirinya dengan alam… Nak, selalulah kau imbangi alam ini dengan dirimu… Layaknya buyutmu yang telah menyeimbangi alam ini selama 99 tahun.

Minggu, 24 Agustus 2008

Debu

Terburu-buru saya mengejar untuk bertemu seseorang yang sangat penting, sehingga setelah ada kerjaan kantor yang sudah kelar di Cibubur, langsung menuju tempat yang telah disepakati. Ngobrol dengannya berkaitan dengan proyek besar. Yunus, ya Yunus yang akan saya temui sore ini. Ia sangat, sangat penting bagiku. Tentu di sebuah tempat ngopi yang kita sepakati. Rencananya, ia akan menceritakan mengenai proyek yang telah diselesaikan, dan katanya ia akan teruskan mencari proyek-proyek yang lain. Datang pukul 14.00, tepatnya di sebuah mall yang besar, di sudut tempat kopi. Jangan kau pikirkan kedai kopi biasa yang saya kunjungi. Ini kedai kopi yang sekarang lagi menjamur di kota besar. Yang tukang kopinya jika menyapa kita campur bahasa Inggris, dan bukan tukang kopi lagi sekarang namanya, tapi Barista katanya. Tak apalah, saya ketemuan di tempat ngopi modern seperti ini, demi menghormati temanku yang benar-benar penting. Saat di tempat ngopi, celengak celinguk mencari temanku itu, tapi ternyata ia belum tampak. 15 menit saya tunggu, ia tetap belum juga tampak. Ia hanya ngomong sebelumnya, “Tak mungkin kau hubungi aku dengan HP, mustahil”. Ya sudah, saya pasrah saja tanpa bisa menghubunginya. Tidak tahan menunggu, sehingga saya memutuskan pesan dulu kopinya, toh nanti kalo ia datang, ia juga akan pesan kopinya. Bukannya egois, hanya untuk duduk terlebih dahulu agar tidak pegel, karena dengan pesen kopi, saya bisa duduk. Mana ada sih di kota sekarang yang gratis untuk duduk, apalagi duduk di kursi empuk, pake AC, menghirup aroma Arabica murni sambil liat yang seger-seger lewat. Saya pesen Mochacino panas, “Large”, ujarku mantap. Terbayang aroma Arabica di campur dengan coklat dan susu pilihan. Sudah selesai mas, silakan diambil, ujar om Barista. Harumnya mendesak hidung langsung menuju saraf perasa. Dan saya baru sadar, hari ini kan hari Minggu, pantesan tempat ini penuh, tak keliatan satu sofa pun yang kosong. Syukurlah, akhirnya aku menemukan tempat buat duduk, sayangnya di luar. Tak ada pilihan lain, aku pun keluar memilih tempat duduk yang bisa untuk berdua. Mudah-mudahan Yunus sudi duduk diluar. Duduklah saya di kursi yang bukan sofa, namun kayu. Walau bukan sofa, ergonomis juga kursinya. Udara di luar terasa bersliweran, dan beberapa mobil ada yang lewat di pinggir saya, karena memang letak tempat duduknya pas di lobi pinggir area depan mall. Akhirnya ia datang, ya Yunus datang dengan pakaian khusus seperti biasanya, seperti orang Bangladesh umumnya, menggunakan rompi tipis warna krem. “Ah, kau datang juga temanku, saya pesankan kopi ya?”, Ujarku. Ia menggeleng, “Gak usah repot, dan juga kau kan tahu aku gak bisa minum jika kondisinya seperti ini. “Sudahlah, kau kan mau dengar aku sharing, tahukah kau, proyekku dimulai ketika itu aku melihat kemiskinan melanda Bangladesh, aku benar-benar merasa hampa, karena sebagai dosen di Bagladesh aku sulit mengajarkan teori ilmu ekonomi canggih di tengah-tengah Bangladesh yang diliputi kemiskinan…” Saya syok, setelah 1 menit kurang, tanpa disadari tak sengaja saya sentuh permukaan buku ini, ternyata penuh dengan butiran halus dan kasar, penuh dengan debu, dan tanpa mempedulikan Yunus aku coba buka satu halaman lagi dan menunggu selama 1 menit, ternyata benar, debu cepat menempel di permukaan buku. Panik. Dalam waktu yang cepat debu datang tanpa diundang. Langsung saya sruput Mochacino yang tersisa yang sepertinya telah tercampur debu, bergegas masuk ke dalam mall meninggalkan Yunus yang hanya melongo, melihat kepergian saya. Sori bos, nanti kita lanjutkan ngobrolnya di kosan, aku tutup dulu ya. Weleh, sudah parahkan alam ini, ujarku dalam gegas. [Sesaat setelah menunda membaca buku “Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan” karya Muhammad Yunus, peraih Nobel Perdamaian 2006] Jakarta, 24 Agustus 2008. Hill

Selasa, 19 Agustus 2008

OBOR

Sekitar 15 tahun lalu, diri inilah yang ditonton, berbaris, meneriakkan yel-yel yang membangun serta menghibur bagi siapa saja yang menonoton dan yang dilewati. Setiap yang terlewati terpaku, tersenyum bahkan ada meneriakkan kembali apa yang kami teriakan. Inilah kegiatan malam menjelang 17 Agustus. Saat ini, tanpa terasa, setelah begitu lama tidak datang ke tempat kelahiran, di malam 17 Agusutus, sayalah yang menonton, melihat mereka berbaris, meneriakan yel, serta bergaya sambil membawa sesuatu yang berharga, OBOR SEMANGAT. Sama seperti saya, bagi kebanyakan orang pun, sepertinya malam itu merupakan suatu hiburan belaka, melihat pawai obor berjejer memanjang bak aliran lava tanpa henti. Namun setelah beberapa waktu ketika pawai masih sedang berjalan, saya mulai beralih melihatnya dari segi lain. Melihat yang ditonton oleh penonton. Melihat apa yang sebelumnya saya tidak pernah lihat dan pikirkan. Entah siapa penggagas kegiatan seperti ini, pastilah ia atau mereka menginginkan sesuatu persembahan yang berharga bagi 17 Agustus serta yang berjuang untuknya. OBOR SEMANGAT, mungkin itulah yang mereka harap dari kegiatan ini, untuk terus memperjuangkan apa yang selayaknya diperjuangkan bagi bangsa ini. Semangat yang tidak padam di tengah jalan, semangat yang terus menyala, mengibarkan apa yang selalu di cita-citakan oleh Negara ini. Semangat untuk terus menghalau pesimis yang selalu didengungkan media akan bangsa ini. Semangat menghancurkan keletihan jiwa raga yang kadang mengendap dalam diri. Begitulah ia, OBOR SEMANGAT yang ingin dikobarkan dan selalu dikobarkan setiap tahun menjelang 17 Agustus, mereka faham, perlunya manusia selalu diingatkan. Dan dari diri inilah semangat dimunculkan. Mudah-mudahan dengan dimulai dari diri ini, kita dapat memberikan kontribusi bagi Negara walau hanya sedikit. Walau hanya sedikit. Dirgahayu bangsaku, dirgahayulah ibu pertiwi. 63.

Selasa, 22 Juli 2008

Mendengarkan

Ketika saya mengalami kesulitan berkenaan dengan kehidupan ini, tak ada tempat lain yang saya ajak bicara melainkan seorang sahabat. Hanya ada segelintir sahabat yang saya miliki, selebihnya adalah teman. Ketika kepala mumet memikirkan sesuatu hal, baik itu mengenai pekerjaan, keluarga atau yang lainnya. Saya akan mengontak sahabat saya ini untuk sekedar ngobrol saja untuk sharing mengenai kehidupan. Pernah saya kesulitan dalam hal pekerjaan dan ia hanya mendengarkan, kemudian mendengarkan, selanjutnya mendengarkan dan akhirnya sedikit menjawab, “Memang kadang terdapat pekerjaan yang sulit, namun jalannya adalah dikerjakan saja”, ujarnya. Jawaban yang sebenarnya sudah saya ketahui tanpa harus bertanya. Namun dengan jawaban tersebut saya merasa lebih tenang dan siap untuk melangkah lagi. Dan ternyata saya sedikit menangkap pelajaran dari hal ini, bahwa ketika terdapat teman kita yang mengalami kesulitan atau masalah atau apapun, kita dapat membantu dengan hanya mendengarkan dengan empati.

Rabu, 16 Juli 2008

Perjalanan

Komunitas atau pribadi yang berkecimpung di dunia pelayanan barang tentu sudah tahu bahwa salah satu contoh tentang pelayanan yang terbaik yang selalu didengungkan adalah Singapore Airlines (SQ). Memang banyak hal yang menjadikan SQ sebagai salah satu barometer dalam pelayanan yang baik, mulai dari ketepatan waktu pemberangkatan, fasilitas yang diberikan, sistem yang baik serta kemampuan SDM nya yang handal di seluruh dunia. Namun kita ketahui bahwa perusahaan penerbangan yang lain pun tidak ketinggalan dan bahkan sama dengan SQ atau mungkin lebih mengungguli. Salah satunya adalah Emirates. Perusahaan penerbangan ini mulai memperlihatkan kinerja luar biasa, hal ini disebabkan karena memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggannya. Tengok saja fasilitas yang diberikan oleh Emirat untuk kelas First Class nya, terdapat widescreen entertainment, kemudian flat bed massage seat, personal mini bar dan sebagainya. Dengan memberikan fasilitas luar biasa ini, Emirates semakin menjadi perusahaan penerbangan yang menorehkan kinerja luar biasa. Lihat saja janji mereka, “Now the Journey is The Destination”. Anda akan dilayani sampai benar-benar lupa bahwa Anda sedang melakukan perjalanan jauh.

Kamis, 03 Juli 2008

KOPI

Salah satu bentuk kenikmatan tertinggi akan minuman yang dihadirkan di dunia ini adalah kopi. Tentu saja ini menurut pandangan pribadi. Tiada hari tanpa kopi, itulah yang selama ini dilalui dalam kehidupan sehari-hari, tanpa kopi sehari rasanya ada yang kurang sehingga saya mulai faham arti kecanduan (addict). Kecanduan ini memang sulit dijabarkan dengan kata-kata, namun dapat dirasakan oleh fikiran. Dan saya mulai tapi mengapa orang yang mengalami kecanduan sesuatu sulit untuk melepaskannya tanpa tekad yang kuat dan dukungan dari lingkungan. Kemampuan manusia dalam membuat kopi semakin meningkat secara drastis akhir-akhir ini, ditandai dengan munculnya bisnis kopi yang terus semakin menjamur mulai dari kelas bawah sampai kelas atas, mulai dari harga seribu sampai puluhan ribu satu gelasnya. Kopi tidak lagi diidentikkan dengan komoditas saat ini, namun mulai bergeser ke arah pengalaman. Lihat saja, banyak café yang bermunculan hanya mengandalkan jualan kopi, dengan harga yang luar biasa. Satu gelas kopi bisa dihargai 30 sampai 50 ribu rupiah per gelasnya. Padahal 5 tahun ke belakang, harga kopi lumayan murah. Itu artinya, dengan inovasi produk sertai diferensiasi produk sesuatu yang berasal dari komoditas berubah menjadi barang yang bernilai tinggi. Tanpa inovasi, akan sulit berkembang. Apalagi sekarang ini, ketika persaingan semakin ketat dengan produk yang semakin mirip dengan pesaing... Inovasi is a key for survival.... Ah terima kasih tuhan, engkau memberi kenikmatan yang luar biasa melalui kopi....

Minggu, 22 Juni 2008

Uang Setan

Di perjalanan menuju kampung di kereta api kebetulan saya duduk bersebelahan dengan orang tua. Kembali saya memperoleh pelajaran, ia yang usianya sekitar 50 tahunan sepertinya telah cukup merasakan asam garam hidup ini. Ia berceritera panjang lebar tentang kehidupan yang telah ia lalui sekitar hampir 50 tahun. Ada ungkapan yang selalu ia gaungkan dalam percakapan sekitar dua jam di kereta. “Uang setan akan dimakan jin”, ujarnya berulang kali. Ketika saya kerja sekitar 20 tahun lalu, setiap hari saya memperoleh uang yang bukan hak, bukan hasil keringat sendiri dan jumlahnya banyak kala itu, namun ternyata hasilnya benar-benar sama sekali tidak berbentuk. Selalu saja ingin mengeluarkan dana yang diperoleh untuk hal-hal keduaniwian ujarnya, kebahagiaan yang diperoleh adalah semu, tak menentu. Begitu pula dengan keluarga, mereka sering sakit-sakitan, kurang berkah, mungkin efek dari itu juga, ujarnya. Mendingan sekarang ini, saya memperoleh penghidupan dari keringat sendiri, walaupun tidak besar namun terasa nikmatnya dan penuh berkah, dan tentu saja uangnya dapat terbentuk menjadi barang di rumah. Dan kemudian percakapan tidak terasa terus berlangsung dan membicarakan hal-hal kehidupan, dan obrolan ini harus terhenti ketika kereta telah sampai di Haur Geulis, Indramayu karena ia harus turun di sana, bertemu keluarganya. Ia memberikan pelajaran berharga, bahwa jangan sia-siakan waktu kerja, karena hak yang kita peroleh harus berasal dari hasil kerja kita. Cerita kehidupan adalah merupakan pelajaran bagi hidup ini, ternyata dapat kita peroleh di manapun kita berada. Dan saya peroleh serpihan pelajaran kehidupan di kereta ketika menuju kampung halaman minggu lalu.

Senin, 16 Juni 2008

"Turun"

Banyak inspirasi yang dapat diperoleh ketika kita akan menulis sesuatu. Membaca buku atau melihat di internet merupakan salah satu sumber inspirasi dalam menulis, namun memang biasanya pemikiran yang dihasilkan kurang terlalu orisinil. Sumber lainnya adalah dengan cara menemukan sesuatu melalui pencarian di lapangan atau di luar. Saya sangat kesulitan dalam mencari topik yang ingin ditulis kalau hanya melalui buku atau sumber referensi lainnya. Nah, ternyata setelah di pikirkan kembali dengan matang, sumber inspirasi menulis adalah ketika sedang ada di luar, ketika dalam perjalanan, ketika sedang main, ketika sedang shopping, pokoknya ketika sedang di luar. Sementara saat ini, aktivitas yang dilakukan lebih banyak di balik meja. Sehinga inspirasi memang sedikit sulit untuk ditemukan. Menemukan suatu hal yang baru serta memperoleh hikmah memang sering ditemukan ketika kita sedang di luar, dan hal ini memang telah disadari oleh banyak perusahaan, sebut saja Toyota, yang mengadopsi konsep Genchi Genbutsu, yaitu terjun langsung ke lapangan. Dengan terjun ke lapangan diharapkan dapat mengetahui permasalahan yang terjadi. Sulit memang bagi saya mencari hal yang baik dan menarik untuk ditulis yang merupakan hasil turun ke lapangan, namun saya sendiri sudah mulai dibiasakan mencari sumber-sumber penulisan tersebut dari hasil terjun ke lapangan, dan hasilnya memang walaupun kecil jika saya perhatian, akan dapat diperoleh.

Rabu, 21 Mei 2008

Keras

Sebegitu keraskah hati ini? Ketika memarkirkan keluar dari salah satu kantor, seorang tukang becak dengan sigap membantu menolong kendaraan yang ditumpangi ini untuk keluar dari sebuah kantor, dan hati saya bilang, ah dia hanya ingin membantu, sehingga ibaan ibuku yang duduk dipinggirku untuk memberikan uang barang seribuan untuk tukang itupun aku tidak hiraukan. Sudah keraskah hati ini.. Sehari berikutnya ketika di lampu merah ada topeng monyet yang bermain-main menontonkan kehebatan gerak liuk tubuhnya dan meminta barang recehan kepadaku, tak aku hiraukan pula, lagi teriakan ibu dan istriku membahana, janganlah kau berlaku lampah seperti itu, lihatlah pamanmu ujar ibuku, walaupun lagi berkendara motor, ia pasti menyempatkan diri memberikan selebaran ribuannya, pamanmu bilang, demi keselamatan, demi kelancaran rizki…. Sudah keraskah hati ini… Mengapa peminta selau aku kesali, mengapa yang membutuhkan selalu aku benci.. Jika kau ingin keran rizkimu mengalir, maka buat aliran rizki yang telah didapat olehmu kepada yang hak, agar keran rizkimu bertambah besar, ujar teman bijaksanaku.. Sudah keraskah hati ini

Selasa, 29 April 2008

Komplain

Telah banyak buku, artikel, majalah ataupun yang lainnya menerangkan bahwa pelanggan akan loyal kepada suatu merek jika mereka ditangani dengan baik ketika melakukan komplain. Teori ini memang sudah tidak terbantahkan lagi kesahihannya, sayangnya banyak perusahaan tidak sadar akan hal ini, sehingga mereka mengabaikan suara pelanggan yang masuk dalam bentuk kompalin, saya bahkan pernah mengalaminya, melakukan komplain namun benar-benar tidak dipedulikan. Dan, belum lama ini saya menyaksikan bagaimana pembuktian bahwa pelanggan yang komplain jika ditangani dengan baik, mereka akan loyal kepada kita. Teman saya yang bekerja di sebuah Distributor perusahaan otomotif (sama dengan saya), kala itu menangani komplain serius. Komplain tersebut datang dari luar daerah. Pelanggan mengeluhkan terdapat sesuatu dengan kendaraannya, dan kebetulan kala itu penanganan di Dealer kurang optimal, sehingga pelanggan mengeluhkan sampai ke tingkat Distributor. Akhirnya teman saya kemudian dari jarak jauh memandu pelanggan dan Dealer tersebut dalam menangani komplain tersebut, dibantu dengan pihak terkait di internal Distributor sehingga teman saya dan tim berhasil menangani komplain tersebut secara tuntas, dan pelanggan pun menyatakan puas atas hasil tersebut. Beberapa hari lalu, di lobi kantor datang seorang tentara. Petugas security tergopoh ke atas, ”Pak, ada perwira TNI yang menanyakan tentang produk baru yang akan diluncurkan, kira-kira siapa yang akan menanganinya”, ujarnya. Memang sangat jarang pelanggan atau seseorang yang datang ke Distributor untuk membeli atau menanyakan kendaraan, biasanya langsung ke Dealer penjual, karena Distributor tidak menjual kendaraan. Dan selanjutnya diputuskan teman saya turun ke bawah. Di bawah, ia bertemu dengan perwira tersebut, ia kemudian melihat nama perwira tersebut yang tertempel di seragam ABRInya, ternyata namanya sama dengan yang pernah ia tangani melalui komplain beberapa waktu sebelumnya. Dan ia langsung menebak, dan ternyata benar Bapak ini adalah pelanggan yang ia tangani sebelumnya, sehingga percakapanpun mengalir dengan cepat. Bapak ini ternyata ingin melihat kendaraan yang beberapa hari lagi akan diluncurkan, ia memohon agar dapat melihat sebentar kendaraan baru tersebut. Dan permintaan tersebut dikabulkan, dan setelah melihat kendaraan tersebut, ia berkata, saya adalah orang yang pertama yang akan mengendarai kendaraan ini di Makasar......

Selasa, 22 April 2008

Syukur...

Pagi benar hari ini saya berangkat ke tempat kerja, ditemani si Jalu, Supra kesayangan yang sudah hampir 6 bulan menjadikan pengganti kaki kemanapun pergi melangkah keluar. Namun, sebelum melangkah keluar tempat kosan, di seberang sana, tergeletak beberapa orang yang tidur di pelataran kantor RW. Di jam 7 pagi, mereka masih asik dengan dengkuran yang mereka buat, tiga orang tepatnya. Sepintas saya bisa mengenali satu orang dari mereka. Dia adalah tukang ojeg motor langgananku sebelum ada si Jalu. Dengan berbungkus sarung butut, ternyata ia dengan lelapnya tertidur, tanpa menghiraukan lingkungan, entahlah, Adzan subuhpun mungkin ia cuekan tadi pagi. Datanglah seorang anak kecil menghampiri salah satu dari mereka, sekitar 7 tahun usianya, dan membangunkan salah saatunya. Pak bangun, minta uang untuk sekolah ujarnya, sambil mengguncang-guncang tubuh besar yang ia bangunkan… Pelajaran bagi diri ini, jangan sia-siakan hidup yang penuh kelimpahan ini…

Rabu, 09 April 2008

Proses

Entah apa yang melintas di fikiran ini, langsung teringat masa ketika SD, kala itu sungguh gembira hati ini, karena akan berangkat ke Jakarta. Maklum tidak sering saya ke Jakarta Menghadiri pesta pernikahan paman di Jakarta, ujar ibuku menerangkan maksud tujuan ke Jakarta. Sorak membahana, hidup Jakarta, ujarku yang selama ini hidup di Majalengka yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Dan tibalah saatnya berangkat, naik mobil carteran, karena sebagai anak pegawai negeri dengan ibu yang hanya mengurus rumah tangga, mana sanggup membeli mobil, sekalipun Carry... Masih terngiang kebahagiaan naik mobil bersama keluarga, sunguh indah nian ketika berada di dalam mobil, celengak celinguk menikmati pemandangan dan apapun yang sedang di lewati. Bahagia. Itulah hal yang dialami ketika masih kecil, belum pun datang di Jakarta, di perjalanan hati sudah riang. Tiba di Jakarta hati juga riang, setiap moment begitu indah. Dua hari di Jakarta, walaupun udara panas, namun tetap tidak membuat hati gerah. Dan ketika pulang pun hati ini senang, di mobil tidak bosan-bosannya saya bergembira. Di jalan bergembira. di mana-mana bergembira. Itulah hidup masa kecil, setiap moment merupakan moment yang berbahagia. Di masa kecil kita tidak berfokus kepada tujuan saja, namun juga kepada proses. Setiap proses yang dilewati, dinikmati dengan senang hati. Setiap perjalanan, entah itu ke mana saja, membuat hati selalu senang... Ternyata benar apa yang dikatakan Eckhart Tolle, dalam bukunya The Power of Now, kebahagiaan itu adalah sekarang, setiap proses yang kita lalui merupakan masa-masa yang indah, tanpa perlu menunggu esok lusa. Sayang jika saat ini kita memikirkan hal-hal yang tidak perlu.

Minggu, 06 April 2008

Gerbong 3

Di gerbong 3 paling ujung, hari itu saya mendapatkan tempat duduk di ketera api akhir pekan yang akan menuju Cirebon dari Jakarta. Beruntunglah, walaupun di ujung belakang saya memperoleh tempat duduk, biasanya kalau di akhir pekan, jika tidak memesan tiket terlebih dahulu pastilah tidak memperoleh tempat duduk. Saat itu di sebelah, seorang wanita muda terfokus kepada ipodnya sehingga tak ada kesempatan bagi saya untuk sekedar ngobrol barang sejenak dengannya, karena ia sangat fokus dengan lagu yang suaranya sampai terdengar olehku, padahal ia gunakan headphone. Akhirnya, sayapun bergegas mengikuti gaya wanita disebelah, mengambil headphone dan langsung mendengarkan musik dari lagu yang tersimpan di Nokia saya, terdegarlah lantunan merdu dari Seal, Kiss of Roses….ah.. jaman sudah edan, semuanya jadi egois. Namun akhirnya saya mulai tertarik dengan keluarga yang duduknya di pinggir seberang, keluarga dengan dua orang anak, satu usianya berusia kira-kira delapanan tahun dan satu lagi, bayi lucu, umurnya 6 bulan, gemuk, putih, ah benar-benar lucu, langsung teringat dengan anak sendiri yang usianya tidak jauh dengannya. Di akhir pekan, memang banyak penumpang yang tidak kebagian tiket, sehingga di sebelah saya terdapat beberapa orang yang duduk di bawah, mengampar koran. Sudah tidak aneh lagi di kereta, jika sudah penuh, pihak Kereta Api masih menjual tiket berdiri, dan penumpang berdiri tidak hanya di bisnis saja, melainkan juga di executive juga ada. Pokoknya kalau akhir pekan pasti ramai. Nah, kebetulah di sebelah bawah seorang bapak yang duduk mengampar di bawah tertarik dengan bayi tersebut, sehingga terus menggodanya, dan bayi yang lucu itu pun tersenyum simpul dan terus memperhatikan bapak tersebut. Namun yang saya heran ternyata Bapak bayi tersebut hanya menatap kosong, sulit tersenyum, tidak seperti biasanya jika seorang Bapak memiliki bayi pastilah bayi tersbut akan digendong dan digodanya. Namun tidak dengan bapak muda ini. Dia hanya tercenung. Kebetulan ia tidak duduk di kursi namun menghadap tempat duduk anak2 dan istrinya, ia hanya menatap kosong kepada anak-anaknya. Kemudian mulailah percakapan seorang bapak yang duduk di bawah yang mulai menggoda bayi tersebut dengan orangtua bayinya. Aduh lucu bayinya, sudah berapa bulan?, enam bulan ujar ibunya, kecil-kecil sudah jalan-jalan nih si kecil ujar bapak tersebut, dan mulailah pembicaraan mengarah ke serius, dan saya pun karena mulai tertarik, akhirnya melepas headphone, iya si dede habis ke dokter di RS Harapan Kita, ujar ibunya, ia harus di operasi bulan depan om, jantungya tidak berfungsi dengan normal, sehingga harus buru-buru di operasi, karena kata dokter, jika tidak buru-buru akan infeksi ke jantungya. Kita juga kaget, si dede yang sehat ini punya kelainan jantung, gejalanya sering batuk, susah minum susu, karena cepat sekali capek dan terengah-engah, terus kagetan, malam ini saja dede tidak tidur karena di Jakarta ribut terus. Lihat aja sekarang ini, matanya ngantuk sekali, tapi gak bisa tidur om, sedikit saja ada gangguan ia terbangun, ujar ibunya, dan diiyakan oleh suaminya yang sepertinya memikirkan sesuatu… Dan saya pun langsung teringat si kecil yang di rumah….. Doain ya om, mudah-mudahan kita ada dana….ujar ibunya….